BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Penelitian
Manusia
agar dapat berhubungan dengan manusia lain secara baik diperlukan alat. Alat
tersebut adalah bahasa. Bahasa merupakan satu gejala sosial dan digunakan untuk
berkomunikasi antarsesama manusia. Setiap orang berusaha untuk berkomunikasi
dengan sempurna dan selengkap mungkin. Setiap orang juga berasumsi bahwa setiap
kata yang digunakan merujuk kepada hal yang sama. Akan tetapi, kita lupa bahwa
komunikasi adalah satu masalah peringkat dalam pemahaman. Ujaran yang
dilontarkan oleh seorang penutur tentu mengandung tujuan tertentu.
Maksud
dan tujuan berkomunikasi didalam peristiwa tutur diwujudkan dalam sebuah kalimat.
Kalimat-kalimat yang diucapkan oleh seorang penutur dapat diketahui pembicaraan
yang diinginkan penutur sehingga dapat dipahami oleh pendengar atau mitratutur.
Akhirnya mitratutur akan menanggapi kalimat yang dibicarakan penutur. Misalnya,
dalam kalimat yang mempunyai tujuan untuk memberitahukan, kalimat yang
memerlukan jawaban, dan kalimat yang meminta lawan tutur untuk melakukan suatu
tindakan atau suatu perbuatan.
|
Menurut
Aminuddin (dalam Sumarlam, 2003: 9) mengatakan bahwa wacana adalah keseluruhan
unsur-unsur yang membangun perwujudan paparan bahasa dalam peristiwa
komunikasi. Wujud konkretnya dapat berupa tuturan lisan (spoken discourse) maupun
teks tertulis (written texts). Lebih lanjut, ia menyatakan ruang lingkup
analisis wacana selain merujuk pada wujud objektif paparan bahasa berupa teks, juga
berkaitan dengan dunia acuan, konteks, dan aspek pragmatik yang ada pada penutur
maupun penanggap.
Jadi
tindak tutur berkaitan dengan aspek pragmatik. Sedangkan pragmatik adalah
cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni
bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 1996: 1).
Menurut Leech (dalam Wijana, 1996: 3) pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang
mengkaji penggunaan bahasa berintegrasi dengan tata bahasa yang terdiri dari
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Kaitannya dengan adanya pragmatik
maka terbentuklah situasi tutur, dimana ada pihak penutur dan lawan tutur yang
bersangkutan.
Penutur
dapat diartikan sebagai perbuatan bahasa yang dimungkinkan dan diwujudkan
sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian unsur-unsur dapat pula dikatakan bahwa
perbuatan yang menghasilkan bunyi bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan
ujaran yang bermakna. Sedangkan tindak tutur menurut Wijana (1996: 17)
mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan
yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi
(perlocutionary act). Bentuk tindak
tutur ilokusi itu sendiri meliputi tindak tutur asertif, tindak tutur direktif,
tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur deklarasi.
Tindak
tutur ilokusi dalam komunikasi pada suatu penelitian penting untuk
diperhatikan. Sebab, dalam kajian ilokusi membahas sikap dan ekspresi tindakan
seseorang dalam komunikasi, dengan kajian tertuju pada penutur dan lawan tutur.
Ilokusi sebagai daya yang ditimbulkan oleh pemakainya dapat mempengaruhi
partisipasi anak untuk melakukan tindakan positif atau negatif.
Dalam
penelitian ini peneliti memfokuskan pada bentuk tindak tutur ilokusi direktif. Menurut
Searle (dalam Rahardi, 2007: 36) tindak tutur direktif (directives) adalah bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk
membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya memesan (ordering), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending). Tindak tutur memerintah
merupakan salah satu tindak tutur yang memainkan peran penting dalam aktivitas
berbahasa. Fungsi tuturan direktif berorientasi pada penerima pesan. Dalam hal
ini, bahasa dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain, baik emosi,
perasaan, maupun tingkah laku. Sebagai fungsi direktif, bahasa dapat digunakan
untuk memberi keterangan, memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan
merekomendasi. Bentuk bahasa yang menggunakan fungsi tuturan direktif, dalam
tuturan (1) sebagai berikut:
(1) “Sebelum
pelajaran kita mulai, salah satu tolong hapustulisan di papan tulis!”
Fungsi
tuturan direktif pada contoh di atas tercermin pada kata kerja yang memiliki
makna memohon.
Di
dalam sebuah tindak tutur pastinya terdapat seorang penutur (pembicara) dan
juga lawan tutur (pendengar). Wacana dalam pembukaan proses belajar-mengajar antara
guru dan siswa dalam berinteraksi untuk menyampaikan materi yang akan
disampaikan tidak lepas dengan penuturan. Sebenarnya dalam kegiatan proses
belajar-mengajar, tuturan ilokusi direktif tersebut banyak sekali ditemukan. Di
sini sebagai perbandingan, peneliti meneliti dua sekolahan di daerah
Sragen.
Alasan
penelitian ini menarik untuk diteliti karena banyak ditemukan tuturan ilokusi
direktif dalam wacana pembukaan proses
belajar mengajar antara guru dan siswa khususnya menasehati, memesan, memohon,
memerintah, dan merekomendasi dll.
Selama
ini dalam penelitian perhatian lebih banyak dicurahkan pada analisis struktur
wacana tulis daripada struktur wacana lisan, khususnya percakapan. Maka
daripada itu dalam penelitian ini memfokuskan pada realisasi tindak tutur
direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak SMP di
Sragen tahun ajaran 2012/2013.
B.
Pembatasan
Masalah
Untuk
membatasi permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis hanya membatasi
permasalahan yang memiliki kaitan dengan kapasitas penulis dan salah satu
bidang ilmu pragmatik yang menitikberatkan pada tuturan direktif.
1. Menganalisis
bentuk-bentuk realisasi tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses
belajar-mengajar di kalangan anak SMP di Sragen.
2. Menganalisis
strategi tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di
kalangan anak SMP di Sragen.
C.
Perumusan
Masalah
Masalah
yang akan diteliti perlu diidentifikasi secara terperinci. Adapun rumusan
masalah yang perlu dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana
bentuk-bentuk realisasi tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses
belajar-mengajar di kalangan anak SMP di Sragen?
2. Bagaimana
strategi bertindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar
di kalangan anak SMP di Sragen?
D.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan
bentuk-bentuk realisasi tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses
belajar-mengajar di kalangan anak SMP di Sragen.
2. Mendeskripsikan
strategi tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di
kalangan anak SMP di Sragen.
E.
Manfaat
Penelitian
Ada
dua manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini.
a. Manfaat
Teoretis
1) Hasil
penelitian ini memperkaya khasanah kajian atau analisis tindak tutur direktif pada
wacana pembukaan proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung.
2) Menambah
pengetahuan keanekaragaman mengenai tindak tutur.
b. Manfaat
Praktis
1) Bagi
pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan bahan inspirasi bagi pembaca.
2) Bagi
peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menambah pangetahuan mengenai
analisis tindak tutur direktif yang dapat digunakan sebagai referensi peneliti
selanjutnya yang berhubunagn hal tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan
Pustaka
Tinjauan
pustaka yaitu memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang masih berhubungan
dengan penelitian yang dianalisis. Hal itu bertujuan agar keaslian dapat
diketahui. Dalam penelitian ini akan dikemukakan beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan.
|
Tindak
tutur maaf ini erat sekali hubungannya dengan kepribadian atau perilaku sosial
seseorang. Agar terlihat punya kepribadian yang baik di dalam pergaulan, ada
banyak cara atau strategi untuk menyampaikan maaf tersebut.
Penelitian
yang dilakukan oleh Yusrita Yanti memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan tersebut terletak pada salah
satu aspek yang dikaji oleh peneliti, yaitu sama-sama mengkaji jenis tuturan
direktif. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada aspek kajian yang lain,
yaitu jenis tuturan direktif dan objek kajian dari penelitian ini yaitu tindak tutur
direktif antara guru dan murid saat kegiatan belajar-mengajar kelas VII di SMP
PGRI 13 Plupuh dan SMP 2 Negeri Karangmalang di Sragen tahun ajaran 2011/ 2012,
sedangkan penelitian yang dilakuan oleh Yusrita
Yanti meneliti tentang tindak tutur maaf di dalam bahasa Indonesia di kalangan penutur
Minangkabau.
Abdurrahman
(2006) meneliti pragmatik dalam
jurnalnya yang berjudul Pragmatik; Konsep Dasar Memahami Konteks
Tuturan. Hasil penelitian ini adalah pragmatik merupakan cabang linguistik
yang mempertahankan penggunaan konteks dalam memahami dan menghasilkan pidato.
Digunakan untuk mengembangkan proses, oleh karena itu tujuan komunikasi dapat
diperoleh secara efektif. Kontekstualisasi ini sendiri memiliki hubungan dengan
budaya yang berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
Peneliti
menyimpulkan bahwa dalam pragmatik pada umum senantiasa mengupas hal-hal yang
bersifat lokal dan situasional serta dapat diatur dalam sosiopragmatik dan
pragmalinguistik, karena memang kedua bidang ini merupakan cabang dari
pragmatik umum yang memiliki hubungan yang sinergi. Bahkan, dalam komunikasi
seorang penutur dituntut untuk menguasai kajian lintas budaya, hal ini
dilakukan dalam rangka membangun prinsip-prinsip kerjasama dan sopan santun
dalam proses komunikasi, sehingga tujuan komunkasi dapat dicapai secara efektif
dan menghindari kesalahfahaman antara penutur dan lawan tutur.
Penelitian
yang dilakukan oleh Abdurrahman memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaannya adalah sama-sama meneliti
tentang tuturan. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada aspek kajian lain
yaitu penelitian ini jangkauannya lebih spesifik yaitu tentang realisasi tindak
tutur direktif pada wacana pembukaan dalam proses belajar-mengajar di kalangan
anak SMP di Sragen tahun ajaran 2011/ 2012, sedangkan penelitian Abdurrahman
meneliti tentang konsep dasar memahami konteks tuturan.
Santosa,
Dwi (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis
Tindak Tutur Direktif dan Komisif Pada Bahasa Percakapan Anak TK Aisyiyah
Bustanul Athfal Jantran Tahun Ajaran 2008/2009. Hasil penelitiannya adalah
1) bentuk-bentuk tindak tutur direktif dan komisif pada percakapan yang
digunakan oleh anak TK: (a) Tindak tutur direktif: tindak tutur direktif (directives), ilokusi ini bertujuan
menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh lawan tutur yaitu
memerintah dan memberi nasehat. (b) Tindak tutur komisif, komisif (commissive), ilokusi ini sedikit banyak
terkait pada suatu tindakan di masa depan, yaitu menjanjikan dan menawarkan. 2)
Strategi tindak tutur direktif dan komisif pada percakapan yang digunakan oleh
anak TK, strategi tindak tutur direktif dan komisif hanya menggunakan strategi
tindak tutur langsung.
Aji
Prasetyo (2010) dalam jurnalnya yang berjudul Nglulu Dalam Bahasa Jawa. Penelitian ini mendeskripsikan bahwa
dalam masyarakat jawa sering dijumpai orang yang memerintahkan sesuatu, tetapi
perintah itu tidak menggunakan kalimat perintah. Perintah tersebut menggunakan
kalimat berita atau kalimat tanya. Makna
kalimatnya kadang-kadang juga bertolak belakang dengan makna yang
dimaksud oleh penutur. Tuturan seperti itu disebut juga dengan tindak tutur
tidak langsung tidak literal. Maksud tindak tutur tidak langsung tidak literal
adalah tindak tutur yang maksudnya hendak diutarkan oleh penutur. Dalam masyarkat Jawa, tindak tutur
tidak langsung tidak literal inilah yang disebut dengan “nglulu”. Tulisan ini
bertujuan mendeskripsikan “nglulu” yang sering dijumpai dalam masyarakat Jawa,
baik yang bermodus kalimat berita maupun kalimat tanya.
Penelitian
yang dilakukan oleh Aji Prasetyo memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini dan penelitian yang
dilakukan oleh Aji Prasetyo sama-sama mengkaji tindak tutur.
Perbedaan
dalam penelitian ini, yaitu penelitian ini menganalisis jenis tuturan direktif
dan strategi penuturanya sedangkan penelitian yang dilakukan Aji Prasetyo
melakukan penelitian tentang tindak tutur tidak langsung tidak literal yang biasa disebut dengan
“nglulu” dalam bahasa Jawa. Sedangkan dalam penelitian ini tentang realisasi
tindak tutur direktif pada wacana pembukaan dalam proses belajar-mengajar di
kalangan anak SMP.
Sri
Martini (2011) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Tindak Tutur Ilokusi Guru Bahasa Indonesia dalam Interaksi
Belajar Mengajar Kelas VII SMP Muhammadiyah 7 Banyudono Boyolali. Hasil
penelitiannya adalah bentuk tindak tutur ilokusi guru Bahasa Indonesia di SMP
Muhammadiyah 7 Banyudono Boyolali; a) Tindak tutur asertif, tindak tutur ini
bertujuan mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya yaitu
menjelaskan, menegaskan, menyetujui, menunjukkan, dan menyebutkan. b) Tindak
tutur direktif, tindak tutur ini bertujuan agar pendengar melakukan tindakan
yang disebutkan oleh penutur yaitu menyuruh dan menuntut. c) Tindak tutur
ekspresif, tindak tutur ini bertujuan agar ujaran penutur dijadikan sebagai
evaluasi mitra tutur yaitu mengkritik dan mengeluh. d) Tindak tutur komisif,
tindak tutur ini bertujuan mengikat penuturnya untuk melaksanakan ujarannya
yaitu bertanya dan mengancam. e) Tindak tutur deklarasi, tindak tutur ini
bertujuan dengan maksud untuk menciptakan keadaan baru yaitu melarang.
Arifin
(2011) dalam skripsinya yang berjudul Analisis
Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif Pada Pemuda Desa Banaran, Kalijambe,
Kabupaten Sragen. Hasil penelitian ini yaitu pertama ada enam tindak tutur
direktif yaitu meminta, memohon, menyarankan, memerintah, dan menantang. Kedua
ada tiga tindak tutur ekspresif yaitu ekspresif berterima kasih, ekspresif
mengkritik, dan ekspresif mengeluh. Ketiga ada dua jenis strategi yang
digunakan oleh penutur yaitu strategi bertutur langsung dan strategi bertutur
tidak langsung.
Subekti,
Oktavia (2011) dalam judul skripsinya Kesantunan
Tindak Tutur Direktif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya Negri Ini Karya Musfar Yasin (Sebuah Tinjauan
Pragmatik). Hasil penelitianya 1) tindak tutur direktif dalam penelitian
ini ditemukan enam belas realisasi antara lain: menyuruh, menasehati,
mempersilahkan, menyarankan, menganjurkan, melerai, memohon, menginterogasi,
menantang, mengajak, menyela atau interupsi, mengharap, mengingatkan, membujuk,
memarahi, dan meminta ijin. 2) Kesantunan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan skala biaya keuntungan (cost-benefif scale), skala pilihan (optionally scale), skala ketidaklangsungan (indirectness scale), skala keotoritasan (authority scale), dan skala jarak (social distance scale). Dalam penelitian ini skala pilihan (optionally scale) terlihat paling
menonjol dibandingkan dengan skala lainnya.
Penelitian
Bety Yuliastuti (2011) dalam skripsi berjudul Tindak Tutur Ditektif Meminta Anak SD dalam Percakapan Nonformal. Penelitian
ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur meminta anak SD dalam
percakapan nonformal, mengetahui strategi tindak tutur direktif meminta anak SD
dalam percakapan nonformal, dan menemukan teknik tindak tutur direktif meminta
anak SD dalam percakapan nonformal. Masalah yang digali: 1) bentuk-bentuk
tindak tutur meminta, 2) strategi tindak tutur direktif meminta, dan 3) teknik
tindak tutur direktif meminta.
Hasil
dari penelitian ini adalah (1) bentuk-bentuk realisasi tindak tutur direktif (directives) meminta pada percakapan
nonformal anak SD N Bendosari 1 Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali yakni
direalisasikan dalam 7 modus: a) modus meminta, b) modus meminjam, c) modus
memerintah, d) modus menyuruh, e) modus memohon, f) modus ajakan, g) modus
memaksa. (2) Strategi tindak tutur meminta pada percakapan nonformal anak SD N
1 Bendosari Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali menggunakan strategi tindak
tutur langsung dan tak langsung. (3) Teknik tindak tutur direktif meminta pada
percakapan nonformal anak SD N 1 Bendosari Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali
hanya ada satu teknik yang digunakan dalam penelitian ini yakni teknik tindak
tutur literal.
Penelitian-penelitian
yang telah dilakukan oleh para peneliti di atas hampir sama dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu masalah analisis
tindak tutur. Tapi penelitian ini lebih kepada realisasi tindak tutur direktif pada
wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak SMP.
B.
Landasan
Teori
1.
Hakikat
Tindak Tutur
Tindak
tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungnya
ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu
(Chaer, 2004: 50).
Menurut
Papera (2004: 262) konsep tutur berhubungan dengan manifestasi bahasa dalam
bentuk lisan. Tutur merupakan ujaran lisan atau rentang perbincangan yang
didahului dan diakhiri dengan kesenyapan pada pihak pembincang. Sebuah tutur
adalah penggunaan atau pemakaian sepenggal bahasa, seperti rentetan kalimat,
sebuah frase, atau sepatah kata, oleh seorang pembincang, pada satu kesempatan
atau peristiwa tertentu. Misalnya dalam tuturan (2) berikut ini:
(2a) “Hallo.”
(2b) “Ayo,
tolong saya sebentar!”
(2c) “Kereta api Mutiara sekarang sudah tiba di stasiun Gambir.”
Ini
berarti sebuah tutur menunjukkan interaksi antara kalimat-kalimat dalam sebuah
wacana, antara para pembincang dalam satu waktu/ kesempatan tertentu.
2.
Bentuk-Bentuk
Tindak Tutur
Tindak
tutur atau tindak ujaran (speech act)
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur
adalah satuan analisisnya.
Richards
dan Allan (dalam Prayitno, 2011: 41) menyatakan bahwa tuturan memiliki dua
jenis makna, (a) makna proposisi (proportioal
meaning) dan (b) makna ilokusi (illocutionary
meaning). Makna proposisi disebut dengan makna lokusi, sebab makna ini
merupakan dasar makna literal dari ujaran yang dibawa oleh kata-kata dan
struktur tertentu yang dikandung oleh ujaran. Adapun makna ilokusi merupakan
efek ujaran (tuturan) pada penutur (Pn) atau (O1) terhadap mitra tutur (Mt)
atau (O2).
Menurut
Searle di dalam bukunya Speech Acts: An
Essay in The Philosophy of Language (1969, 23-24) dalam Wijana dan Rohmadi
(2009: 20) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis
tindakkan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act) ialah tindak tutur
untuk menyatakan sesuatu, tindak ilokusi (Ilocutionary
act)cenderung tidak hanya digunakan untuk menginformasikan sesuatu, tetapi
juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturannya dipertimbangkan secara seksama,
dan tindak perlokusi (perlocutionary act)
ialah sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang yang mempunyai daya
pengaruh (perlocutionary force) atau
efek yang mendengarkannya.
Selanjutnya
menurut Searle (dalam Rahardi, 2007: 36) menggolongkan tindak tutur ilokusi itu
ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi
komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan ialah; asertif (assertives), direktif (directives),
ekspresif (expressives), Komisif (Commissives), dan deklarasi (declarations).
3.
Tindak
Tutur Direktif
1)
Hakikat
Tuturan Direktif
Menurut
Searle (dalam Rahardi, 2010: 36) menyatakan direktif (directives), yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk
membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan. Yule (2006: 93) tindak
tutur direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk
menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa
yang menjadi keinginan penutur.
Jadi
menurut peneliti tuturan direktif ialah tuturan antara penutur dan mitra tutur
dimana mitra tutur agar melakukan atau melaksanakan sesuatu apa yang penutur
inginkan.
2)
Jenis-Jenis
Tuturan Direktif
Menurut
Searle (dalam Rahardi, 2010: 36) menyatakan jenis-jenis tuturan direktif ada
lima yaitu; memesan (ordering),
memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recomending). Yule (2006: 93) tindak
tutur direktif meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, dan pemberian saran.
Sedangkan menurut Nadar (2009: 16) directives
‘direktif’ seperti command
‘memerintah’, request ‘meminta’, invite ‘mengundang’.
Sedangkan
oleh Prayitno (2011: 42) realisasi perwujudan kesantunan direktif dikelompokkan
menjadi enam tipe atau kategori. Keenam kategori tindak tutur direktif tersebut
adalah: (1) tipe memerintah (to order),
meliputi sub-TTD memerintah, menyuruh, menginstruksikan, mengharuskan, memaksa,
meminjam, dan menyilakan; (2) tipe meminta (to
request), meliputi sub-TTD meminta, mengharap, memohon, dan menawarkan; (3)
tipe mengajak (to invite), meliputi
sub-TTD mengajak, membujuk, merayu, mendorong, mendukung, mendesak, menuntut,
menantang, menagih, menargetkan; (4) tipe memberi nasihat (to advice), meliputi sub-DDT menasihati, menganjurkan, menyarankan,
mengarahkan, mengimbau, menyerukan, mengingatkan; (5) tipe mengkritik (to critic), meliputi sub-TTD menegur,
menyindir, mengumpat, mengecam, marah; dan (6) tipe melarang (to prohibit), meliputi sub-TTD melarang,
mencegah.
Menurut
peneliti dalam penelitian ini tindak bahasa yang paling dominan digunakan di
dalam aktivitas berbahasa dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada saat
wacana pembuka dalam proses belajar-mengajar SMP kelas VII berlangsung di kelas
adalah: memerintah, meminta, mengajak, memberi nasihat, mengkritik, dan
melarang.
4.
Analisis
Percakapan
Analisis
percakapan (Anacap) merupakan salah satu cabang dari analisis wacana (Anawac). Analisis
percakapan (Anacap) berbeda dengan analisis wacana (Anawac) tulis. Kalimat yang
tampaknya dalam analisis wacana tulis tidak koheren mungkin akan menjadi
koheren dalam analisis percakapan. Dalam analisis percakapan terdapat dua
komponen komunikasi yang menentukan, yakni komponen isyarat bahasa dan isyarat
yang lain; dengan kata lain komponen verbal dan komponen nonverbal (Parera,
2004: 235).
Percakapan
merupakan satu kegiatan atau peristiwa berbahasa lisan antara dua atau lebih
penutur yang saling memberikan informasi dan mempertahankan hubungan yang baik.
Untuk dapat melangsungkan kegiatan berbahasa lisan antarpenutur, maka kita
perlu menelaah dan menganalisis komponen-komponen apa saja yang diperlukan dan
bagaimana pengelolaan kegiatan percakapan.
Analisis
percakapan tidak mempersoalkan apa isi percakapan dan bagaimana cara isi
percakapan itu disampaikan. Analisis percakapan hanya akan mempersoalkan
bagaimana pengelolaan satu percakapan agar tercapai tujuan percakapan, yakni
berbagai informasi dan berbagai hubungan yang baik. Untuk itu sudah ada
beberapa penelitian tentang pelangsungan kegiatan percakapan.
5.
Tindak
Tutur Direktif Langsung dan Tak Langsung
a.
Tindak
Tutur Direktif Langsung
Berdasarkan
modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat
perintah. Kalimat tanya digunakan untuk memberikan informasi, kalimat tanya
untuk menanyakan sessuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah,
ajakan, permintaan, atau permohonan. Bila kalimat berita difungsikan untuk
mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk
menyuruh, mengajak, memohon, dan sebagainya. Tindak tutur yang terbentuk adalah
tindak tutur langsung (direct speech art)
(Wijana dan Rohmadi, 2009: 28). Dengan demikian tindak tutur langsung adalah tuturan
yang sesuai dengan modus kalimatnya.
b.
Tindak
Tutur Tidak Langsung
Wijana
dan Rohmadi (2009: 28) untuk berbicara sopan, perintah dapat diutarakan dengan
kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang merasa diperintah tidak
merasa diperintah, maka terbentuk tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur
tidak langsung adalah tindak tutur yang berbeda dengan modusnya, maka maksud
dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam dan tergantung pada konteksnya
(Nadar, 2009: 19).
C.
Kerangka
Pemikiran
Percakapan
yang terjadi pada saat situasi wacana pembukaan dalam kegiatan proses belajar-mengajar
antara guru dan siswa merupakan sebuah tuturan. Contoh sebuah tuturan dapat
berupa kalimat atau tanda kalimat, artinya, kalimat dan tanda kalimat merupakan
unsur-unsur yang maknanya dikaji dalam pragmatik sehingga dengan tepat
pragmatik dapat digunakan sebagai suatu ilmu yang mengkaji makna tuturan. Tuturan
atau tindak tutur dibedakan menjadi tiga, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Tindak
tutur pada wacana pembukaan antara guru dan siswa saat kegiatan proses belajar-mengajar
dalam ilokusi cenderung menggunakan bentuk tuturan direktif. Cenderung tersebut
dikarenakan banyak sekali saat guru mengajar atau berinteraksi dengan siswanya
terutama dalam pemakaian menggunakan bahasa, penutur yaitu guru menyampaikan
maksud tuturan secara langsung atau tidak langsung kepada mitra tutur (siswa)
untuk melakukan suatu tindakan oleh penutur untuk melakukan suatu tindakan
menghimbau atau menasehati, menyuruh, menyarankan, memohon, dan mengajak. Ciri
khas tuturan yang digunakan guru dan siswa menarik dikaji melalui bentuk-bentuk
dan strategi. Melalui duacara tersebut dapat dipahami realisasi tindak tutur
direktif pada wacana pembukaan dalam kegiatan proses belajar-mengajar di
kalangan anak SMP.
Bagan 1. Kerangka
Pikiran
|
METODE PENELITIAN
1.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Tempat
penelitian dilakukan pada kelas VII di SMP PGRI 13 Plupuh dan SMP 2 Negeri
Karangmalang Sragen. Waktu penelitian dari awal proposal sampai selesai selama enam
bulan, mulai dari bulan Januari 2012 sampai September 2012.
2.
Jenis
dan Strategi Penelitian
Sukmadinata
(2011: 99) penelitian kualitatif merupakan desain penelitian studi kasus dalam
arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin
dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lain.
Sedangkan
menurut Bogdan dan Biklen (dalam Syamsuddin, 2009) jenis studi kasus
diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Studi
kasus kesejarahan mengenai organisasi
Studi
ini dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu
tertentu, dengan menelusuri perkembangan organisasi.
b. Studi
kasus observasi
Studi
kasus ini mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran-serta
atau pelibatan (participant observation),
sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu atau beberapa segi
organisasinya.
c. Studi
kasus sejarah hidup
Studi
ini mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang
pertama.
d. Studi
kasus kemasyarakatan
Studi
ini merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community studi) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga
atau masyarakat sekitar (komunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu
bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
e. Studi
kasus analisis situasi
Jenis
studi kasus ini mencoba menganalisis situasi (situational analysis) terhadap peristiwa atau kejadian tertentu.
f. Mikroethnografi
Studi
ini merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat
kecil.
Jadi
jenis dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.Penelitian
kualitatif menghasilkan data deskriptif dari sumber data yang dapat diamati,
yang memfokuskan pada kata-kata ataupun kalimat. Dengan menggunakan stategi
penelitian studi kasus observasi. Artinya, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bentuk tuturan direktif meminta, memohon, memerintah, menasehati,
dan merekomendasi dalam percakapan antara guru dan murid dalam kegiatan belajar
mengajar.
3.
Subjek
dan Objek Penelitian
Subjek
penelitian atau populasi adalah merupakan tempat-tempat data yang diteliti. Subjek
atau populasi adalah keseluruhan individu dari segi-segi bahasa tertentu
(Subroto, 1992: 32). Subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII
di SMP PGRI 13 Plupuh dan SMP 2 Negeri Karangmalang Sragen.
Objek
penelitian atau sampel adalah sebagian dari satu populasi yang disajikan objek peneliti
langsung (Subroto, 1992: 32). Sedangkan objek dari penelitian ini adalah realisasi
tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan
anak SMP Sragen.
4.
Data
dan Sumber Data
Data merupakan bahan penelitian, yaitu bahan jadi yang
ada karena pemilihan aneka macam tuturan
Sudaryanto (dalam Mahsun, 2005: 18). Data sebagai entitas, berdasarkan
pandangan holistik, mengandung pula pengertian bahwa data tidak hanya memiliki
aspek lahiriah, yang bersifat mawujud seperti yang teramati pada korpus data. Akan
tetapi, data juga memiliki aspek batiniah yang bersifat tanwujud atau mentes.
Dalam penelitian ini data disesuaikan
dengan rumusan masalah dan merupakan bagian dari komponen judul. Data yang
dipakai peneliti adalah bentuk realisasi tuturan direktif pada wacana pembukaan
dalam kegiatan proses belajar-mengajar di kalangan anak kelas VII di SMP PGRI
13 Plupuh dan SMP 2 Negeri Karangmalang Sragen.
Sedangkan,
penelitian ini juga memerlukan suatu jenis sumber data yang berasal dari
literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan. Adapun sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah realisasi
tuturan direktif pada wacana pembukaan dalam kegiatan proses belajar-mengajar
di kalangan anak kelas VII di SMP PGRI 13 Plupuh dan SMP 2 Negeri Karangmalang
Sragen, buku-buku mengenai tuturan, dan dokumentasi.
5.
Teknik
dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik
dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak
libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 133-135). Teknik
simak libat cakap adalah peneliti menyimak dan berpartisipasi dalam pembicaraan
dan menyimak pembicaraan. Teknik rekam adalah peneliti merekam hasil tuturan
sebagai sumber data dengan menggunakan tape recorder atau alat perekam yang
lain. Teknik catat adalah setelah melakukan teknik di atas maka dilakukan
teknik catat, peneliti mencatat pada kertas atau buku catatan yang segera dilanjutkan
dengan klasifikasi.
6.
Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Metode padan
adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian
dari bahasa (langue) yang
bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan dibedakan menjadi lima
sub-jenis berdasarkan macam alat penentunya. Alat penentu yang pertama ialah
kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa, penentu yang kedua ialah organ pembentuk
bahasa, penentu yang ketiga, keempat, dan kelima secara berturut-turut alat
penentunya ialah bahasa lain, perekam bahasa, serta orang yang menjadi mitra
wicara.
7.
Prosedur
Penelitian
Prosedur
pelaksanaan pengambilan data dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
a. Peneliti
meminta izin kepada SMP PGRI 13 Plupuh dan SMP 2 Negeri Karangmalang Sragen.
b. Peneliti
menyiapkan alat rekam.
c. Peneliti
merekam percakapan antara guru dan siswa saat kegiatan belajar-mengajar
berlangsung.
d. Peneliti
mentrankripsikan hasil rekaman.
e. Peneliti
memilih percakapan kategori tindak ilokusi direktif.
f. Data
dikelompokkan dalam kategori tindak ilokusi direktif.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran
Umum Penelitian
SMP
PGRI 13 Plupuh terletak di desa Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen. Sekolahan
ini berdiri pada tanggal 7 Maret 1970 yang dipimpin oleh Racmad. Gedung SMP
tersebut terdiri dari 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang TU, 1 ruang guru, 12
ruang kelas, 1 ruang komputer, 1 ruang menjahit, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang
UKS, dan 1 kantin. Sedangkan ruang untuk olahraga belum tersedia.
Guru
dan karyawan pada saat ini berjumlah 17 orang. Gedung SMP yang dibangun sejak
tahun 1970 ini tepatnya menghadap ke selatan dengan pagar yang mengelilingi
sekolah. Fasilitas di dalam kelas cukup memadai. Salah satu kelas VII.a yang
saya teliti contohnya, dalam kelas tersedia fasilitas seperti kursi, meja,
papan tulis, penggaris, penghapus, dan berbagai alat-alat kebersihan. Ada 12
ruang kelas, kelas VII ada 5 ruang, kelas VIII ada 3 kelas, dan ada 4 ruang
kelas IX.
|
Guru
dan karyawan pada saat ini berjumlah 50 orang termasuk kepala sekolah. Gedung
SMP yang dibangun sejak tahun 1965 ini tepatnya menghadap ke utara dengan pagar
yang mengelilingi sekolah. Fasilitas di dalam kelas cukup memadai. Salah satu
kelas VII.f yang saya teliti contohnya, dalam kelas tersedia fasilitas seperti
kursi, meja, papan tulis, penggaris, penghapus, gambar pahlawan, dan berbagai
alat-alat kebersihan. Ada 18 ruang kelas, kelas VII ada 6 ruang, kelas VIII ada
6 kelas, dan ada 6 ruang kelas IX.
B.
Realisasi
Tindak Tutur Direktif Pada Wacana Pembukaan Proses Belajar-Mengajar di Kalangan
Anak SMP di Sragen
Realisasi
tindak tutur direktif pada wacana
pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan SMP di dua lokasi penelitian
yaitu SMP PGRI 13 Plupuh Sragen dan SMP 2 Negeri Karangmalang Sragen.
Penelitian
ini menganalisis bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan sebanyak 73 data.
Bentuk realisasi tindak tutur direktif berikut diuraikan menurut eksplikatur,
pemarkah lingual, konteks tuturan, dan maksud tuturan. Eksplikatur adalah wujud
tuturan sebagaimana adanya atau sebagaimana yang dinyatakan. Pemarkah lingual adalah
tanda-tanda atau piranti lingual atau kebahasaan yang dapat digunakan sebagai
alat bantu untuk menentukan maksud sebuah KD. Konteks tuturan adalah suatu
uraian kejadian atau situasi yang mendukung atau menambah kejelasan makna
tuturan. Maksud tuturan adalah tujuan yang dikehendaki dalam tuturan tersebut.
Realisasi
bentuk-bentuk tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses
belajar-mengajar di kalangan anak SMP di Sragen ditemukan ada 19 TTD, meliputi
1) menyuruh, 2) memerintah, 3) meminta, 4) melarang, 5) mengingatkan, 6)
menyarankan, 7) menyerukan, 8) menawar, 9) menegur, 10) memarahi, 11) mengajak,
12) merayu, 13) membujuk, 14) mengusulkan, 15) menyindir, 16) mengancam, 17)
menginstruksi, 18) menasihati, dan 19) mengimbau.
1.
Realisasi
TTD Menyuruh
Tindak
tutur direktif menyuruh adalah suatu tindak tutur yang mengandung unsur
mengutus supaya mitratutur melakukan sesuatu sebagaimana yang disuruhkan oleh
penutur (Prayitno, 2011: 48).
Adapun
tindak tutur direktif menyuruh ditemukan 24 tuturan dari 73 percakapan, tuturan
(1.a) sampai dengan (1.i) yang cuplikan realisasinya sebagai berikut.
(1.a) : Plupuh
Eksplikatur : Ayo catatannya dibuka dulu?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana ketika kegiatan belajar-mengajar sedang
berlangsung.
Implikatur : Mt
membuka buku catatannya masing-masing.
Sub-TTD : Menyuruh tanya
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud menyuruh mitratutur
segera membuka buku catatannya.
(1.b) : Plupuh
Eksplikatur : Contoh memo tidak resmi dari anak
kepada
ibunya, ayo Tan?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana ketika kegiatan belajar-mengajar di dalam
kelas VII. A. Penutur meminta Mt memberikan contoh memo tidak resmi
dari anak kepada ibu.
Implikatur : Mt
membaca memo yang sudah dibuat
sebelumnya.
Sub-TTD : Menyuruh Mt
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud menyuruh mitratutur
supaya membaca memo yang sudah
dibuat.
Tuturan
(1.a) terjadi saat jam pelajaran Bahasa Indonesia penutur mengulas materi yang
kemarin sudah diberikan. Penutur menyuruh mitratutur untuk membuka buku catatan
masing-masing siswa. Penutur adalah guru Bahasa Indonesia dan mitratutur adalah
siswa putra-putri kelas VII.a. Tuturan tersebut merupakan tindak kesantunan
direktif memerintah dengan TTD menyuruh yang diwujudkan dalam tuturan tanya dan
mempunyai maksud menyuruh mitratutur agar segera membuka buku catatan.
Tuturan
(1.b) terjadi saat jam pelajaran Bahasa Indonesia. Pn kedudukannya lebih tinggi
dari pada Mt. Pn adalah guru Bahasa Indonesia dan Mt adalah siswa putri kelas
VII.a. Penutur menyuruh mitratutur untuk membaca contoh memo tidak resmi.
Tuturan tersebut merupakan TTD memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang
diwujudkan dalam tuturan tanya dan mempunyai maksud menyuruh mitratutur agar
memberikan contoh memo tidak resmi dari anak kepada ibunya.
(1.c) : Plupuh
Eksplikatur : Ayo dibaca coba.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Ketika pelajaran membuat memo tidak resmi.
Penutur menyuruh mitratutur
membaca memo yang dibuat.
Implikatur : Mitratutur membaca memo yang sudah
dikerjakannya.
Sub-TTD : Menyuruh berita
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud menyuruh mitratutur
agar membaca memo tidak resmi
yang sudah selesai dikerjakannya.
(1.d) : Plupuh
Eksplikatur : Ayo ditulis, itu contohnya.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Suasana ketika sedang kegiatan belajar-mengajar
berlangsung di dalam kelas.
Penutur menyuruh menulis contoh memo tidak resmi.
Implikatur : Mt
membaca memo yang sudah diselesaikannya.
Sub-TTD : Menyuruh berita
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud menyuruh mitratutur
agar menulis memo seperti yang
dicontohkan penutur.
Tuturan (1.c) terjadi saat jam pelajaran
Bahasa Indonesia, mitratutur sedang mengobrol dengan teman sebangkunya. Penutur
menyuruh mitratutur untuk membaca tugas yang sudah diselesaikan. Pn lebih tua dari pada Mt. Tuturan tersebut merupakan TTD memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang
diwujudkan dalam tuturan berita dan mempunyai maksud menyuruh mitratutur untuk
membacakan memo yang sudah diselesaikannya.
Tuturan
(1.d) terjadi saat kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas VII.a. Mitratutur
diminta untuk mengerjakan membuat memo seperti yang sudah penutur berikan. Tuturan
tersebut merupakan TTD memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang diwujudkan dalam
tuturan berita dan mempunyai maksud menyuruh mitratutur untuk membuat memo
seperti contoh yang diberikan oleh penutur.
(1.e) : Plupuh
Ekplikatur : Yang sudah selesai, melanjutkan membuat memo
resmi.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Aktivitas ketika kegiatan belajar-mengajar
berlangsung di dalam kelas VII.
a. Penutur meminta mitratutur untuk melanjutkan membuat memo resmi.
Implikatur : Mt
mencoba membuat memo resmi dengan
melihat contoh yang sudah
diberikan.
Sub-TTD : Menyuruh Mt
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud menyuruh Mt untuk
berlatih membuat memo tersmi
setelah memo tidak resmi dikuasai.
(1.f) : Plupuh
Eksplikatur : Rudi ayo ndang garap!
TKD ‘Rudi ayo cepat dikerjakan!’
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Aktivitas ketika KBM berlangsung di dalam kelas
VII. a. Penutur merasa dari tadi Mt selalu rame dan tidak mengerjakan
tugas yang sudah diberikan.
Implikatur : Mt
masih terus berbicara sama teman semejanya.
Sub-TTD : Menyuruh seru
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud menyuruh mitratutur
untuk diam dan mengerjakan tugas
membuat memo resmi yang sudah diberikan contoh oleh penutur.
Tuturan
(1.e) terjadi ketika dalam kegiatan belajar-mengajar kebanyakan siswa sudah
mengerti bagaimana membuat memo tidak resmi. Penutur kemudian menyuruh
mitratutur untuk membuat memo resmi. Pn
adalah guru Bahasa Indonesia dan Mt
adalah semua siswa kelas VII.a. Tuturan tersebut merupakan TTD memerintah
dengan sub-TTD menyuruh yang diwujudkan dalam tuturan berita dan mempunyai
maksud menyuruh mitratutur agar membuat memo resmi setelah menguasai memo tidak
resmi.
Tuturan
(1.f) terjadi ketika dalam proses belajar-mengajar salah satu siswa putra
berbicara sendiri sehingga membuat suasana mengajar tidak nyaman. Penutur
menyuruh mitratutur untuk segera mengerjakan membuat memo. Tuturan tersebut
merupakan TTD memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang diwujudkan dalam tuturan
seru dan mempunyai maksud menyuruh mitratutur agar mengerjakan tugasnya dan
tidak berbicara sendiri.
(1.g) : Karangmalang
Eksplikatur : Kalian berdiri, di bawah meja ada
kotoran
diambil semua!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Ketika pembelajaran belum dimualai dan siswa
masih ramai sendiri. Pn menyampaikan kepada Mt untuk segera diambil sampah yang ada
di kolong meja.
Implikatur : Mt mengambil
kertas, bungkus permen yang ada
di lantai dalam kelas.
Sub-TTD : Menyuruh Mt
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud menyuruh mitratutur
agar membersihkan ruang kelas
dengan mengambili sampah yang berserakan di lantai ruang kelas VII.f.
(1.h) : Karangmalang
Eksplikatur : Sekarang berdiri semua, Bu Sika
pengen
liat pakaiannya rapi-rapi atau
tidak.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Dalam kelas semua siswa berdiri, penutur
menyuruh mitratutur yang kurang
rapi agar dirapikan dulu sebelum pelajaran dimulai.
Implikatur : Mt
segera merapikan bajun yang dikenakannya
masing-masing.
Sub-TTD : Menyuruh Mt
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud menyuruh mitratutur
untuk merapikan baju yang dipakai
agar kelihatan dilihat rapi-rapi dan enak dilihat.
(1.i) : Karangmalang
Eksplikatur : Sekarang bukunya dikeluarkan
semua,
keluarkanbuku kalian.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Suasana ketika memasuki pelajaran Bahasa
Indonesia. Pn menyuruh Mt karena
belum ada yang siap menerima pelajaran, terliahat belum ada buku catatan yang
dikeluarkan.
Implikatur : Mt
mengeluarkan buku catatan Bahasa Indonesia
dan siap untuk belajar.
Sub-TTD : Menyuruh Mt
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud menyuruh Mt untuk
segera mengeluarkan buku catatan
Bahasa Indonesia masing-masing karena kegiatan belajar-mengajar akan dimulai.
Tuturan
(1.g) terjadi ketika penutur baru masuk kelas dan ruangan masih kotor. Penutur
menyuruh mitratutur untuk berdiri dan mengambil sampah-sampah yang terlihat
berserakan di dalam ruang kelas. Pn
adalah guru Bahasa Indonesia dan Mt
adalah siswa putra-putri kelas VII.f.
Tuturan tersebut merupakan TTD memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang
diwujudkan dalam tuturan seru dan mempunyai maksud menyuruh mitratutur untuk
membersihkan ruang kelas.
Tuturan
(1.h) terjadi ketika pelajaran akan dimualai tapi penutur ingin melihat pakaian
mitratutur. Penutur menyuruh mitratutur untuk berdiri, pakaian yang belum rapi
diminta untuk merapikan terlebih dahulu. Tuturan tersebut merupakan TTD memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang
diwujudkan dalam tuturan berita dan mempunyai maksud menyuruh mitratutur untuk
berdiri dan pakainan yang kurang rapi segera dimasukkan.
Tuturan
(1.i) terjadi saat pelajan Bahasa Indonesia akan segera dimulai. Penutur
meminta untuk buku catatan Bahasa Indonesia segera dikeluarkan karena pelajaran
akan dimulai. Tuturan tersebut merupakan TTD memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang
diwujudkan dalam tuturan berita dan mempunyai maksud menyuruh mitratutur untuk
mengeluarkan buku catatan masing-masing siswa.
2.
Realisasi
TTD Memerintah
Tindak
tutur direktif memerintah terdiri dari sub-TTD yang salah satunya adalah sub-TTD
memerintah. Sub-TTD memerintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh Mt melakukan sesuatu (Prayitno, 2011:
51). Berdasarkan data penelitian, dalam 73 percakapan terdapat 35 tuturan
memerintah. Adapun sub-TTD memerintah ditemukan 12 tuturan, yang cuplikan
realisasi tuturannya dijelaskan sebagai berikut.
(2.a) : Plupuh
Eksplikatur : Wes gek ndang digarap isek!
TTD ‘Udah cepat dikerjakan!’
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Aktivitas ketika KBM
berlangsung di dalam kelas
VII.A. Penutur
memerintah supaya semua siswa menyelesaikan mengerjakan memo.
Implikatur : Penutur merasa gemas ketika para
siswa ditunjuk
membacakan memo
belum ada yang selesai.
Sub-TTD : Memerintah seru
Maksud : Dengan menggunakan tuturan
seru penutur
bermaksud
memerintah mitratutur untuk segera mengerjakan berlatih membuat memo tidak
resmi.
(2.b) : Plupuh
Eksplikatur : Ayo cepat dikerjakan Ndri?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana ketika sedang
berlangsungnya KBM di
dalam kelas
VII.A, penutur adalah guru Bahasa Indonesia mitratutur.
Implikatur : Penutur yang melihat mitratutur
yang selalu ramai
sendiri dan
belum mengerjakan tugas.
Sub-TTD : Memerintah tanya
Maksud : Dengan tuturan tanya,
tuturan tersebut bermaksud
memerintahMt untuk segera menyelesaikan tugasnya.
Tuturan
(2.a) terjadi saat para siswa berlatih membuat memo tidak resmi, penutur
menunjuk beberapa siswa ternyata pekerjaannya belum ada yang selesai. Penutur
kembali meminta kepada mitratutur segera menyelesaikan. Dalam sub-TTD
memerintah ini dari Pn sebagai orang
yang lebih tinggi kedudukannya yaitu guru Bahasa Indonesia sedangkan Mt adalah semua siswa di kelas VII.a. Tuturan
tersebut merupakan TTD dengan sub-TTD memerintah yang direalisasikan dalam
kalimat seru dan mempunyai arti memerintah mitratutur untuk cepat mengerjakan
tugas yang diberikan penutur.
Tuturan
(2.b) suasana ketika sedang berlangsung kegiatan belajar-mengajar di dalam
kelas. Penutur merasa jengkel sekali saat salah satu siswanya dari tadi ramai
sendiri dan pekerjaannya belum diselesaikan. Tuturan tersebut merupakan tindak
tutur direktif memerintah dengan sub-TTD memerintah tanya yang mempunyai maksud
memerintah Andri sebagai mitratutur untuk segera mengerjakan dan tidak
seenaknya. Pn adalah guru Bahasa
Indonesia dan Mt adalah siswa putra
yang berumur 12 tahun.
(2.c) : Plupuh
Eksplikatur : Ya udah ambil sana!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Aktivitas ketika sedang KBM
berlangsung di
dalam kelas
VII.A. Penutur menyuruh mitratutur untuk mengambil buku catatan yang diletakkan
di laci meja.
Implikatur : Penutur minta segera
mengambil buku dan segera
mengerjakan
tugas.
Sub-TTD : Memerintah seru
Maksud : Perintah Pn kepada Mt untuk
mengambil buku
catatan Bahasa
Indonesia yang ditaruh di laci meja Mt.
(2.d) : Plupuh
Eksplikatur : Hayo Rudi... heh Rudi ayo maju
rene, ayo maju
sini!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Ketika aktivitas KBM
berlangsung di dalam kelas
VII.A. Perintah
kepada Mt oleh Pn untuk maju ke depan kelas karena dari tadi selalu membuat gaduh.
Implikatur : Pn meminta kepada Mt
untuk diam dan
memperhatikanPn yang sedang menerangkan materi.
Sub-TTD : Perintah
Maksud : Perintah Pn kepada Mt untuk maju
ke depan kelas.
Tuturan
(2.c) terjadi saat kegiatan belajar-mengajar dalam kelas. Pn adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Mt adalah siswa putra yang berumur 12 tahun. Dalam sub-TTD
memerintah ini ada intonasi seru yang makna dalam tuturan tersebut untuk
menggertak Mt. Tuturan tersebut
merupakan tuturan direktif yang mempunyai maksud memerintah dengan seru kepada
mitratutur untuk mengambil buku catatan yang Mt letakkan di laci mejanya.
Tuturan
(2.d) suasana terjadi saat guru Bahasa Indonesia menerangkan materi di depan
kelas, salah satu siswa mengajak ngobrol teman sebangkunya. Penutur yang
melihatnya terganggu sehingga Mt
disuruh maju ke depan. Pn adalah
seorang guru Bahasa Indonesia dan Mt
adalah siswa putra yang berumur 12 tahun. Tuturan tersebut merupakan sub-TTD
memerintah dengan intonasi seru yang mempunyai maksud memerintah mitratutur
untuk maju ke depan kelas sebagai sanksi dari sikapnya yang membuat gaduh
kelas.
(2.e) : Plupuh
Eksplikatur : Salah nanti diperbaiki, dari
teman kepada teman
dibaca keras!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Aktivitas saat KBM di dalam
kelas VII.A. Ketika
guru sedang
menunjuk salah satu siswa untuk membacakan hasil pekerjaannya.
Implikatur : Mitratutur membaca
memo tidak resmi yang
dibuatnya.
Sub-TTD : Memerintah seru
Maksud : Perintah Pn kepada Mt untuk
membaca tugasnya
yang sudah diselesaikannya.
(2.f) : Karangmalang
Eksplikatur : Diam semua, didengarkan!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Aktivitas ketika kegiatan
belajar-mengajar di
dalam ruang
kelas. Penutur memeritah kepada mitratutur untuk diam mendengarkan materi yang
disampaikan.
Implikatur : Pn meminta Mt untuk diam
dan mendengarkan.
Sub-TTD : Memerintah Mt
Maksud : Pn memerintah Mt untuk
mendengarkan materi
yang sedang
disampaikan.
Tuturan
(2.e) tersebut terjadi pada saat KBM mata pelajaran Bahasa Indonesia
berlangsung di dalam kelas. Saat itu salah satu siswa putra membaca memo yang
dibuat sendiri. Penutur menyuruh untuk
membaca dengan keras. Tuturan tersebut merupakan TTD memerintah dengan intonasi
seru yang mengandung arti supaya dibaca dengan keras agar siswa yang duduk
paling belakang juga mendengar.
Tuturan
(2.f) terjadi saat jam pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung di dalam kelas
VII.f. Penutur meminta dengan intonasi seru kepada Mt untuk mendengarkan. Dalam
sub-TTD ini ada semacam gertakan, seruan kepada pihak mitratutur. Pn adalah
guru Bahasa Indonesia dan Mt adalah siswa kelas VII.f putra-putri. Tuturan
tersebut merupakan TTD memerintah dengan sub-TTD merintah Mt yang mengandung
arti bahwa penutur memerintah mitratutur untuk segera diam dan memperhatikan
materi yang sedang disampaikan.
(2.g) : Karangmalang
Eksplikatur : An, ayo duduk di tempatnya!
Pemarkah lingual :
Intonasi seru
Konteks : Saat pelajaran Bahasa
Indonesia dengan meteri
tentang puisi di
dalam kelas. Pn memerintah Mt untuk kembali duduk di kursinya
setelah Mt selesai membaca puisi.
Implikatur : Mt kembali duduk di kursinya sendiri.
Sub-TTD : Perintah seru
Maksud : Memerintah Mt untuk segera duduk dan kembali
memperhatikanPn.
(2.h) : Karangmalang
Eksplikatur : Nanti digaris bawah ya?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : ketika pelajaran Bahasa
Indonesia mengenai ciri-
ciri dalam
membuat puisi. Penutur memerintah kepada mitratutur, dalam contoh puisi yang
menunjukkan rima diharapkan untuk menggaris bawahi.
Implikatur : Mt menggaris bawahi kata yang menunjukkan
adanya rima.
Sub-TTD : Memerintah tanya
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
meminta mitratutur
untuk menggaris
bawahi contoh puisi yang menunjukkan terdapatnya rima.
Tuturan (2.g) terjadi saat pelajaran
berlangsung dan salah satu siswa putra malu untuk membaca puisi di depan kelas
yang dibuat teman. Ketika mitratutur selesai penutur menyuruhnya untuk segera
duduk kembali di tempat semula. Tuturan tersebut merupakan tuturan direktif
dengan sub-TTD memerintah yang direalisasikan dalam kalimat tanya dan mempunyai
maksud memerintah mitratutur untuk segera duduk di tempatnya.
Tuturan
(2.h) terjadi saat kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas VII.f. Tuturan
tersebut ketika penutur menerangkan contoh puisi yang terdapat adanya rima yang
merupakan salah satu ciri-ciri puisi. Penutur memerintah untuk menggaris bawahi
puisi yang menunjukkan rima. Tuturan tersebut merupakan tuturan direktif dengan
sub-TTD memerintah yang mempunyai maksud memerintah mitratutur untuk melakukan
sesuatu yang diinginkan oleh penutur yaitu menggaris bawahi yang menunjukkan
rima dalam puisi.
3.
Realisasi
TTD Meminta
Tindak
tutur direktif meminta adalah suatu sub-TTD yang bertujuan untuk memohon dan
mengharapkan kepada mitratutur supaya diberi sesuatu atau menjadi sebuah
kenyataan sebagaimana diminta oleh mitratutur (Prayitno, 2011: 46).
Adapun
sub-TTD meminta ditemukan 5 tuturan, yang realisasinya dijelaskan sebagai
berikut.
(3.a) : Karangmalang
Eksplikatur : Sudah, silahkan kotorannya
dibuang di
sampah!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Suasana kelas yang belum
terkondisikan,masih
dalam keadaan
ramai. Pn meminta kotoran yang sudah
diambil untuk dibuang ke tempat sampah.
Implikatur : Mt berlari-larian keluar membuang sampah.
Sub-TTD : Meminta Mt
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
meminta mitratutur
untuk membuang
sampah yang sudah diambil dari ruang kelas.
(3.b) : Karangmalang
Eksplikatur : Ari udah, sekarang perhatikan
dulu ya?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana ketika salah satu
siswa ramai sendiri.
Penutur meminta
mitratutur untuk memperhatikan penjelasannya.
Implikatur : Pn merasa jengkel melihat Mt
yang dari tadi
membuat suasana
mengajar menjadi terganggu.
Sub-TTD : Meminta tanya
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
meminta mitratutur
untuk segera
memperhatikan penutur dalam menerangkan materi yang disampaikan.
(3.c) : Karangmalang
Eksplikatur : Yuk tepuk tangan buat Aan yuk?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana ketika salah satu
siswa berada di depan
kelas selesai
untukmembaca puisi. Penutur meminta mitratur untuk bertepuk tangan.
Implikatur : Mt bertepuk tangan untuk temannya yang
membaca puisi.
Sub-TTD : Meminta tanya
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
meminta mitratutur
untuk memberikan
penghargaan kepada temanya dengan bertepuk tangan.
Tuturan
(3.a) terjadi ketika semua siswa sudah mengambil kotoran yang ada di lantai
ruang kelas VII.f. Penutur meminta
mitratutur untuk membuang sampah tersebut di tempat sampah yang ada di luar
kelas. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif meminta dengan sub-TTD
meminta seru yang bertujuan meminta mitratutur untuk membuang sampah.
Tuturan
(3.b) suasana ketika salah satu siswa ramai saat guru sedang menyampaikan
materi. Penutur meminta mitratutur untuk memperhatikan materi yang
disampaikan. Tuturan tersebut merupakan
tindak tutur direktif meminta dengan sub-TTD meminta tanya yang bertujuan
meminta mitratutur untuk menghentikan ulahnya yang ramai dan segera
memperhatikan penutur.
Tuturan
(3.c) terjadi ketika salah satu siswa selesai membaca puisi di depan kelas.
Penutur meminta mitratutur untuk memberi tepuk tangan buat memberikan
penghargaan kepada teman. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif
meminta dengan sub-TTD meminta tanya yang bertujuan meminta mitratutur untuk
bertepuk tangan yang ditujukan kepada temannya yang membaca puisi dengan bagus.
(3.d) : Karangmaalang
Eksplikatur : Erik, kenapa?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana ketika kegiatan
belajar-mengajar
berlangsung ada
salah satu siswa bermals-malasan. Penutur meminta penjelasan mengenai
alasannya.
Implikatur : Pn tidak mengerti perkataan Mt
Sub-TTD : Meminta Mt
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
meminta mitratutur
untuk memberi
alasan kepada penutur mengenai sikapnya yang bermalas-malasan.
(3.e) : Karangmalang
Eksplikatur : Tepuk tangan yuk buat Intan?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana ketika salah satu
siswa maju di depan
kelas. Penutur
meminta mitratutur untukmemberi tepuk tangan buat temannya Intan.
Implikatur : Pn ingin memberi semangat siswa dengan
memberi tepuk
tangan.
Sub-TTD : Meminta Mt
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
meminta mitratutur
untuk memberi
semangat temannya yang maju ke depan kelas untuk menunjukkan letak rima dalam
puisi.
Tuturan
(3.d) terjadi ketika penutur melihat salah satu murid tidak semangat mengikuti
pelajaran diwaktu akhir pembelajaran. Penutur sehingga menanyai mitratutur agar
memberikan alasan mengenai sikapnya yang mulai malas-malasan. Tuturan tersebut
merupakan TTD meminta dengan sub-TTD meminta tanya. Tuturan tersebut mempunyai
maksud meminta mitratutur untuk memberikan alasan mengenai sikapnya yang
menunjukkan rasa tidak suka pelajaran tersebut dalam jam terakhir.
Tuturan
(3.e) terjadi ketika salah satu murid maju ke depan kelas untuk menunjukkan
letak rima dalam contoh puisi yang dibuat guru Bahasa Indonesia. Penutur
meminta mitratutur untuk memberikan penghargaan kepada temannya yang berani
maju ke depan kelas dengan tepuk tangan yang kompak. Jadi sub-TTD meminta
bertujuan oleh penutur menghendaki mendapatkan sesuatu dari mitratutur.
4.
Realisasi
TTD Melarang
Sub-TTD
melarang adalah larangan mitratutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki
dalam tuturan yang dikemukakan oleh penutur (Prayitno, 2011: 64).
Adapun
sub-TTD melarang ditemukan 4 tuturan, yang realisasinya dijelaskan sebagai
berikut.
(4.a) : Plupuh
Eksplikatur : Ayo Nang, Danang ojo dolanan HP
terus Nang!
TTD ‘Ayo Nang, Danang jangan mainan
HP terus
Nang!’
Pemarkah lingual : Intonasi seru larangan
Konteks : Aktivitas pada saat kegiatan
belajar-mengajar
dalam kelas
VII.a. Penutur menegur salah satu siswa putra yang saat pelajaran sedang
bermain HP.
Implikatur : Pn menegur Mt tentang
tidak boleh menyalakan
HP saat kegiatan
belajar-mengajar berlangsung.
Sub-TTD : Larang seru
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
melarang mitratutur
untuk menyalakan
HP saat dalam pelajaran di dalam kelas.
(4.b) : Plupuh
Eksplikatur : Iki sopo iki, jangan pakai bolpon
merah!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Saat buku tugas dikumpulkan,
Ibu guru Bahasa
Indonesia
mengoreksi tugas para siswa satu-satu.Penutur menemukan tugas salah satu siswa
saat menulis membawa bolpoin merah.
Implikatur : Penutur menegur
mitratutur untuk tidak memakai
bolpoin merah
saat mengerjakan tugas.
Sub-TTD : Larang seru
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
penutur melarang
mitratutur
menggunakan bolopin merah lagi.
Tuturan
(4.a) terjadi ketika guru sedang menerangkan materi pelajaran, salah satu siswa
putra kelihatan asik bermain HP. Penutur melihat itu karena merasa jengkel
kemudian melarang mitratutur untuk menyalakan HP dan segera memperhatika
kembali. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif melarang dengan sub-TTD
melarang seru yang diwujudkan dalam tuturan seru dan mempunyai maksud melarang
mitratutur untuk menyalakan HP saat jam pelajaran berlangsung dalam kelas.
Tuturan
(4.b) terjadi saat jam pelajaran Bahasa Indonesia. Penutur melihat tulisan
dalam buku tugas milik salah satu siswanya menggunakan bolpoin merah. Penutur
melarang mitratutur untuk mengulanginya. Tuturan tersebut merupakan tindak
tutur direktif melarang dengan sub-TTD melarang seru yang diwujudkan dalam
tuturan seru dan mempunyai maksud melarang mitratutur untuk tidak menggunakan
bolpoin merah saat mengerjakan tugas.
(4.c) : Plupuh
Eksplikatur : Ya jangan no...nulis tahunnya ya
tahun sekarang
2012.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Aktivitas dalam kelas ketika semua
murid
mengerjakan
membuat memo tersmi. Salah satu siswa putri bertanya pada guru mengenai
penulisan tahun.
Implikatur : Penutur menegur
mitratutur tentang tahun
pembuatan memo.
Sub-TTD : larangan berita
Maksud : Tuturan tersebut melarang
mitratutur
mengguanakan
tahun kemarin saat pembuatan memo tersmi.
(4.d) : Karangmalang
Eksplikatur : Gak entok nyontek lho?
TTD ‘Tidak boleh mencontek?’
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas ketika guru sedang
memberikan
pertanyaan
kepada salah satu murid. Penutur melarang mitratutur untuk mencontek.
Implikatur : Mitratutur semua
menghadap kebelakang dan tidak
ada yang membuka
buku atau pun menengok ke papan tulis.
Sub-TTD : Larangan
Maksud : Tuturan tersebut mempunyai
maksud agar
mitratutur berfikir
sendiri dan tidak mencontek.
Tuturan
(4.c) terjadi ketika salah satu siswa
putri memakai tahun dalam pembuatan memo resmi dengan tahun lalu. Penutur
adalah seorang guru yang melarang mitratutur untuk menulis tahun pembuatan memo
dengan tahun lalu. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif melarang
dengan sub-TTD melarang yang diwujudkan dalam tuturan berita dan mempunyai
maksud melarang mitratutur untuk mengguanakan tahun pembuatan memo resmi dengan
tahun lalu.
Tuturan
(4.d) tersebut ketika guru akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut materi yang tadi sudah disampaikan. Penutur melarang mitratutur
untuk mencontek saat pertanyaan itu dilontarkan. Tuturan tersebut merupakan
tindak tutur direktif melarang dengan sub-TTD melarang yang diwujudkan dalam
tuturan tanya dan mempunyai maksud melarang mitratutur untuk tidak mencontek
saat pertanyaan itu dilontarkan.
5.
Realisasi
TTD Mengingatkan
Sub-TTD
mengingatkan adalah suatu TTD yang bertujuan untuk memberi ingat atau memberi
nasihat, teguran, peringatan supaya seseorang ingat akan kewajiban pekerjaan
atau tindakan yang harus diselesaikannya (Prayitno, 2011: 56). Dalam sub-TTD
ini berupa ingatan mengenai materi yang sudah disampaikan.
Adapun
sub-TTD mengingatkan ditemukan 4 tuturan, yang realisasi tuturannya sebagai
berikut.
(5.a) : Plupuh
Eksplikatur : Apakah yang dimaksud dengan memo
tadi?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas ketika sedang
kegiatan belajar-mengajar
dalam kelas.
Penutur ingin mengukur ingatan siswa tentang materi yang tadi disampaikan.
Implikatur : Pn menanyakan materi yang tadi sudah dipelajari
bersama-sama.
Sub-TTD : Ingatan
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
mengingatkan
mitratutur
mengenai materi yang sudah disampaikan. Bertujuan mengukur pemahan sehaligus
ingatan siswa.
(5.b) : Karangmalang
Eksplikatur : Siapa yang pernah membuat puisi?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas di dalam kelas dan
siswa putra-putri
memperhatikan.
Penutur mengingatkan mitratutur mengenai membuat puisi.
Implikatur : Penutur ingin
mengetahui seberapa mitratutur
menguasai
ciri-ciri pembuatan puisi.
Sub-TTD :
Mengingatkan
Maksud : Tuturan tersebut mempunyai
maksud menyuruh
membuka memori
otak siswa dalam membuat puisi.
Tuturan
(5.a) terjadi saat jam pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung di dalam kelas.
Penutur ingin memancing mitratutur dalam pemahaman mengenai memo. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif memberi nasihat dengan sub-TTD
mengingatkan yang diwujudkan dalam tuturan tanya dan mempunyai maksud
mengingatkan mitratutur mengenai materi yang tadi sudah disampaikan oleh
penutur.
Tuturan
(5.b) terjadi saat guru menerangkan tentang puisi, penutur kemudian menanyakan
kepada mitratutur mengenai puisi yang sudah pernah membuat sebelumnya. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif memberi nasihat dengan sub-TTD
mengingatkan yang diwujudkan dalam tuturan tanya dan mempunyai maksud
mengingatkan mitratutur mengenai puisi yang pernah dibuat mitratutur.
(5.c) : Karangmalang
Eksplikatur : Ayo tadi syaratnya apa?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas ketika kegiatan
belajar-mengajar dalam
klas. Penutur
mengingatkan kembali persetujuan hukuman apabila ada yang ramai.
Implikatur : Penutur berharap tidak
ada yang ramai sendiri dan
memperhatikan
pelajaran yang disampaikan.
Sub-TTD : Mengingatkan
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
penutur ingin
mengingatkan
konsekuensi apabila mitratutur ramai sendiri atau menjawab dengan bercanda
mendapat hukuman yang sudah disepakati bersama.
(5.d) : Karangmalang
Eksplikatur : Tadi ciri-ciri puisi ada berapa?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas ketika guru mengulas
kembali materi
yang sudah
disampaikan.
Implikatur : Semua siswa
putra-putri menjawab dengan
kompak.
Sub-TTD : Ingatan
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
untuk mengingatkan
mitratutur
mengenai materi yang dipelajari yaitu ciri-ciri puisi.
Tuturan
(5.c) terjadi saat salah satu siswa putra ada yang ramai berbicara sendiri. Penutur
mengingatkan konsekuensi hukuman bagi siswa yang ramai. Tuturan tersebut
merupakan tindak tutur direktif memberi nasihat dengan sub-TTD mengingatkan
yang diwujudkan dalam tuturan tanya dan mempunyai maksud agar mitratutur
mengingat hukuman bagi yang ramai atau pun menjawab dengan bahasa yang tidak
sopan.
Tuturan
(5.d) terjadi saat guru ingin mengulas materi yang barusan disampaikan. Penutur
memberi pertanyaan kepada mitratutur mengenai ciri-ciri puisi. Tuturan tersebut
merupakan tindak tutur direktif memberi nasihat dengan sub-TTD mengingatkan
yang diwujudkan dalam tuturan tanya dan mempunyai maksud agar mitratutur
mengingat kembali yang tadi sudah dipelajari bersama-sama.
6.
Realisasi
TTD Menyarankan
Tindak
bahasa sub-TTD menyarankan adalah suatu TTD yang mengandung penadapat Pn supaya mempertimbangkan oleh Mt dalam bertindak. Pendapat dalam TTD
saran bisa berupa usulan, anjuran, atau cita-cita (Prayitno, 2011: 72).
Adapun
sub-TTD menyarankan ditemukan 3 tuturan, yang realisasi tuturannya dijelaskan
sebagai berikut.
(6.a) : Plupuh
Eksplikatur : Yang belum paham boleh
ditanyakan.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Aktivitas kegiatan
belajar-mengajar di dalam
kelas. Penutur
menyarankan mitratutur untuk bertanya yang kurang jelas sebelum materi
dilanjutkan.
Implikatur : Semua mitratutur diam
dan tidak ada yang
menanyakan.
Sub-TTD : Menyarankan
Maksud : Tuturan tersebut bermaksut
memberikan saran
kepadamitratutur
untuk menanyakan hal yang kurang jelas mengenai materi yang disampaikan oleh
penutur.
(6.b) :
Karangmalang
Eksplikatur : Kok cuman pendek, sini ril,
jangan tinggi-tinggi
ril?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas di depan kelas
beberapa siswa membantu
menempelkan maad
meping. Penutur menyarankan agar posisi kertas yang ditempelkan di papan tulis
tidak terlalu tinggi-tinggi.
Implikatur : Mitratutur menempel
tepat di mana saran dari
penutur.
Sub-TTD : Menyarankan
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
menyarankan agar
tempelan maad
mepping tidak terlalu tinggi dan kebawah, sehingga dapat dilihat dari sudut
mana pun.
Tuturan
(6.a) terjadi ketika materi tentang memo tidak resmi sudah banyak yang
mengerti. Penutur menyarankan kepada mitratutur untuk bertanya mengenai materi
yang kurang jelas. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif memberi
saran dengan sub-TTD menyarankan yang diwujudkan dalam tuturan berita dan
mempunyai maksud menyarankan kepada mitratutur untuk bertanya mengenai materi
yang kurang jelas sebelum dilanjutkanya materi lain.
Tuturan
(6.b) terjadi ketika guru memerlukan bantuan siswa untuk menempel maad mepping
di papan tulis. Penutur menyarankan mitratutur dalam menempel jangan terlalu
kebawah dan tinggi-tinggi. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif
memberi saran dengan sub-TTD menyarankan yang diwujudkan dalam tuturan tanya
dan mempunyai maksud menyarankan kepada mitratutur untuk menempelkan maad
meping di papan tulis agar dapat dilihat dari tempat duduk yang paling
belakang.
(6.c) : Karangmalang
Eksplikatur : Kelihatan gak yang di belakang, kalau
gak
kelihatan ke depan aja atau
disampingnya itu lho...
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Ketika itu ada salah satu
siswa yang duduk di
belakang merasa
tidak kelihatan membaca maad mepping yang di tempel di papan tulis.
Implikatur : Penutur kasihan
melihat Mitratutur yang selalu
berdiri dan
duduk lagi saat mencatat.
Sub-TTD : Menyarankan
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
menyarankan kepada
mitratutur untuk
pindah tempat duduk agar dapat membaca maad mepping yang ditempel di papan
tulis.
Tuturan
(6.c) terjadi ketika jam pelajaran Bahasa Indonesia dan saat itu semua siswa
diharap mencatat. Penutur melihat salah satu siswa yang dari tadi berdiri
kemudian duduk lagi. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif memberi
saran dengan sub-TTD menyarankan yang diwujudkan dalam tuturan berita dan
mempunyai maksud menyarankan kepada mitratutur untuk pindah tempat duduk agar
dapat membaca maad mepping yang ditempel di papan tulis.
7.
Realisasi
TTD Menyerukan
Yang
dimaksud dengan TTD menyerukan adalah suatu tindak tutur direktif yang
bertujuan untuk mengajak, menganjurkan, atau mengingatkan Mt yang dikemukakan
dengan suara atau tekanan tertentu (Prayitno, 2011: 73).
Adapun
sub-TTD menyerukan ditemukan 3 tuturan, yang realisasi tuturannya dijelaskan
sebagai berikut.
(7.a) : Plupuh
Eksplikatur : Yang sudah selesai boleh
dikumpilkan!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Suasana ketika berlangsungnya
KBM di dalam
kelas. Penutur
menyuruh dengan nada keras supaya dikumpulkan tugas mitratutur.
Implikatur : Pn merasa sudah waktunya untuksemua siswa
untukmengumpulkan
tugasnya. Mt yang sudah selesai
mengumpulkan satu per satu.
Sub-TTD : Seruan
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
menyerukan
mitratutur untuk
mengumpulkan tugas yang sudah selesai.
(7.b) : Plupuh
Eksplikatur : Alwi maju depan! Danang duduk
sama taufik!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Aktivitas ketika guru
menerangkan beberapa siswa
ramai. Penutur
menyuruh dengan keras kepada mitratutur untuk berpindah tempat duduk.
Implikatur : Pn merasa gemas melihat mitratutur yang ramai
sendiri dan
tidak memperhatikan pelajaran.
Sub-TTD : Menyerukan
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
mengajak mitratutur
untuk tidak
ramai dan berpindah tempat duduk.
Tuturan
(7.a) terjadi saat jam pelajaran semua murid sudah menyelesaikan tugasnya.
Penutur menyerukan kepada mitratutur untuk mengumpulkan buku tugassnya di depan
kelas. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif memberi saran dengan
sub-TTD menyerukan yang diwujudkan dalam tuturan seru dan mempunyai maksud
menyerukan kepada mitratutur untuk segera mengumpulkan buku tugasnya ke depan
untuk dikoreksi penutur.
Tuturan
(7.b) suasana ketika dalam kelas saat pelajaran berlangsung ada beberapa siswa
ramai. Penutur meminta dengan seru untuk berpindah tempat duduk. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif memberi saran dengan sub-TTD
menyerukan yang diwujudkan dalam tuturan seru dan mempunyai maksud menyerukan
kepada mitratutur untuk berpindah tempat duduk agar tidak ramai.
(7.c) : Karangmalang
Eksplikatur : Ya gak apa-apa, tapi yang keras
ya bacanya!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : ketika guru menyuruh siswanya
untuk membaca.
Penutur
menyerukan kepada mitratutur untuk membaca dengan nada keras.
Implikatur : Mitratutur membaca
puisi dengan nada keras.
Sub-TTD : Menyerukan
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
menyerukan
mitratutur
untukmembaca puisi dengan suara keras supaya semua siswa dengar.
Tuturan
(7.c) tersebut terjadi ketika kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Penutur
menyuruh dengan intonasi seru kepada mitratutur untuk membaca puisi. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif memberi saran dengan sub-TTD
menyerukan yang diwujudkan dalam tuturan seru dan mempunyai maksud menyerukan
kepada mitratutur untuk membaca puisi dengan keras agar semua siswa mendengar.
8.
Realisasi
TTD Menawar
Tindak
bahasa sub-TTD menawarkan adalah suatu tindak bahasa yang bertujuan untuk
menawari atau menawarkan sesuatu kepada Mt supaya dapat menentukan suatu
pilihan sesuai dengan kemauannya (Prayitno, 2011: 58).
Adapun
sub-TTD menawarkan ditemukan 3 tuturan, yang realisasi tuturannya dijelaskan
sebagai berikut.
(8.a) : Karangmalang
Eksplikatur : Ada yang bisa membantu menempelkan
ini?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Pn meminta salah satu siswa
untuk membantu
menempelkan maad
mepping di papan tulis.
Implikatur : Dua siswa putra maju
membatu penutur
menempelkan maad
mepping tersebut.
Sub-TTD : Tawar
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
menawarkan
mitratutur untuk
membantu penutur dalam menempelkan maad mepping di papan tulis.
(8.b) : Karangmalang
Eksplikatur : Siapa yang mau membacakannya ini?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana ketika kegiatan belajar-mengajar
dalam
kelas. Penutur
meminta kerelaan hati untuk membaca puisi yang dibuat teman sekelasnya.
Implikatur : Mitratutur tidak ada
yang mau membaca puisi
tersebut.
Sub-TTD : Tawaran
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
untuk menawarkan
mitratutur untuk
membaca puisi dengan bagus yang dibuat penutur.
Tuturan
(8.a) terjadi ketika guru akan menempelkan maad mepping yang mengenai materi
ciri-ciri puisi. Penutur menawarkan kepada mitratutur untuk membantunya.
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif meminta dengan sub-TTD
menawarkan tanya yang mempunyai maksud menawarkan mitratutur untuk membantu
penutur menempelkan maad mepping di papan tulis.
Tuturan
(8.b) terjadi ketika pelajaran Bahasa Indonesia mengenai cara membaca puisi
dengan memperhatikan jeda dan juga rima. Penutur menawarkan kepada mitratutur
siapa yang berani membaca puisi yang ada di papan tulis. Tuturan tersebut
merupakan tindak tutur direktif meminta dengan sub-TTD menawarkan tanya yang
mempunyai maksud menawarkan mitratutur untukmembaca puisi dengan bagus yang
dibuat penutur.
(8.c) : Karangmalang
Eksplikatur : Siapa yang berani maju?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas semua murud
memperhatikan pelajaran.
Pn
menawarkan bagi siswa yang berani maju ke depan kelas untuk membaca puisi.
Implikatur : Mt belum ada yang berani maju untuk membaca
puisi.
Sub-TTD : Menawarkan
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
menawarkan
mitratutur untuk
maju di depan kelas membaca puisi.
Tuturan
(8.c) terjadi ketika guru menerangkan mengenai ciri-ciri puisi. Penutur
menawarkan mitratutur untuk membacakan puisi. Tuturan tersebut merupakan tindak
tutur direktif meminta dengan sub-TTD menawarkan tanya yang mempunyai maksud
menawarkan mitratutur untuk maju ke depan kelas membaca puisi.
9.
Realisasi
TTD Menegur
Kategori
sub-TTD menegur (to critic) adalah
sub-TTD memberikan teguran, TTD yang mengandung maksud memberikan kritikan atau
peringatan supaya Mt tidak lagi
melakukan sesuatu atau tidak lagi terjadi sesuatu (Prayitno, 2011: 68).
Adapun
sub-TTD menegur ditemukan 2 tuturan, yang realisasinya dijelaskan sebagai
berikut.
(9.a) : Plupuh
Eksplikatur : Ayo Ndri, kenapa, sudah dereng?
Hem...
TTD ‘Ayo Ndri, kenapa, sudah belum?’
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas kegiatan
belajar-mengajar di dalam
kelas. Pn menegut Mt yang selalu ramai sendiri saat mengerjakan tugas.
Implikatur : Pn mengingatkan tentang tugas
yang sudah
diberikan dan
harus dikerjakan.
Sub-TTD : Tegur
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
menegur mitratutur
yang saat itu
ramai supaya cepat mengerjakan tugasnya.
(9.b) : Plupuh
Eksplikatur : Ayo Nang, ngopo Nang?
TTD ‘Ayo Nang, kenapa Nang?’
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas pada saat KBM
berlangsung
dalam ruang
kelas VII.a. Ditujukan untuk memperingatkan salah satu siswa yang dari tadi
ulahnya tidak bisa diam.
Implikatur : Pn menegur agat tidak ramai.
Sub-TTD : Menegur
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
menegur mitratutur
agar cepat mengerjakan
tugas yang sudah diberikan.
Tuturan
(9.a) terjadi ketika dalam pembelajaran salah satu siswa putra berbicara sama
teman sebangkunya. Penutur menegur mitratutur untuk segera mengerjakan. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif menegur dengan sub-TTD menegur tanya
yang mengandung arti bahwa penutur menegur mitratutur untuk tidak ramai dengan
maksud agar cepat mengerjakan tugas yang telah diberikan.
Tuturan
(9.b) terjadi ketika pembelajaran Bahasa Indonesia dalam hal berlatih membuat
puisi dengan memperhatikan ciri-ciri puisi. Penutur menegur mitratutur untuk
segera mengerjakan. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif menegur
dengan sub-TTD menegur tanya yang mengandung arti bahwa penutur menegur
mitratutur untuk tidak bermain-main dan segera mengerjakan tugas apa yang sudah
diberikan penutur.
10. Realisasi TTD Memarahi
Yang
dimaksud denagn sub-TTD memarahi adalah adalah suatu TTD yang bertujuan untuk
menyatakan ketidaksenangan, kegusaran, atau kekesalan Pn atas tindakan Mt
(Prayitno, 2011: 62).
Adapun sub-TTD memarahi ditemukan 2 tuturan, yang
realisasinya dijelaskan sebagai berikut.
(10.a) : Plupuh
Eksplikatur : La kok gak mbuk tumpuk!
TTD ‘Kok tidak dikumpulkan!’
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Suasana ketika guru sedang
mengoreksi tugas
siswa. Pn merasa gemas melihat salah satu siswa
berbicara sendiri dan belum mengumpulkan tugas.
Impilkatur : Pn agak kesal karena salah satu siswanya belum
juga mengerjakan
tugas yang diberikannya.
Sub-TTD : Marah
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud Pn ingin Mt segera
menyelesaikan
tugasnya dan dikumpilkan untuk dikoreksi.
(10.b) : Plupuh
Eksplikatur : Ayo Ndri...Andri nek gojek ae tak
kon manggon
ngarep
dewe!
TTD ‘Ayo Ndri...Andri kalau ramai
terus tak suruh
duduk
depan sendiri!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Suasana kelas sangat ramai
karena ulah salah satu
siswa putra yang
dari tadi membuat ribut. Penutur memarahi mitratutur.
Implikatur : Pn marah karena siswa yang bernama Andri
selalu membuat
gaduh kelas. Pncapek melihat tingkah
Andri.
Sub-TTD : Marah
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
menegur dengan
nada keras
mitratutur untuk tidak selalu membuat gaduh dalam kelas.
Tuturan
(10.a) terjadi ketika salah satu siswa tidak menghiraukan perkataan guru yang
saat itu sedang mengajar dan memberi tugas. Pn
sebagai guru marah ketika mitratutur belum mengerjakan tugas yang diberikan.
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif menegur dengan sub-TTD
memarahi yang mengandung arti menegur dengan keras agar mengerjakan dan segera
mengumpulkan apa yang sudah disuruh penutur.
Tuturan
(10.b) terjadi ketika guru yang saat itu mengajar melihat siswa putra yang
berbicara dan seenaknya sediri. Penutur memarahi mitratutur pada saat itu dan
diharap pindah temapt duduk paling depan kalau itu diulanginya lagi. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif menegur dengan sub-TTD memarahi yang
mengandung arti menegur dengan keras kepada mitratutur agar tidak ramai.
11. Realisasi TTD Mengajak
Dalam
kategori sub-TTD mengajak (to invite)
adalah sub-TTD mengajak, suatu TTD yang mengandung maksud bahwa Pn mengajak Mt supaya melakukan sesuatu sebagaimana yang dinyatakan oleh Pn
melalui tuturan secara bersama (Prayitno, 2011: 52).
Adapun
sub-TTD mengajak ditemukan 2 tuturan, yang realisasinya dijelaskan sebagai
berikut.
(11.a) : Karangmalang
Eksplikatur : Sudah bisa dimulai pelajarannya?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana kelas terkondisikan,
semua siswa sudah
siap untuk
belajar. Penutur menanyakan mitratutur mengenai kesiapan untuk dimulainya
pelajaran.
Implikatur : Pn siap untuk memberikan pelajaran dan Mt siap
menerima
pelajaran yang akan disampaikan.
Sub-TTD : Ajak Mt
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
mengajak mitratutur
agar siap
menerima pelajaran yang akan disampaikan.
(11.b) : Karangmalang
Eksplikatur : Dah, sekarang lanjutkan yuk?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana ketika akan
dilanjutkannya materi
selanjutnya. Pn mengajak Mt untuk kembali memperhatikan pelajaran.
Implikatur : Pn dan Mtakan kembali
pelajaran selanjutnya.
Sub-TTD : Ajak
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
mengajak mitratutur
untuk
melanjutkan materi selanjutkan yang akan disampaikan.
Tuturan
(11.a) terjadi ketika pelajaran baru akan dimulai. Penutur mengajak mitratutur
untuk mempersiapkan. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif mengajak
dengan sub-TTD mengajak tanya, karena dengan realisasi tuturan introgatif atau
tanya penutur mengajak mitratutur untuk bersiap-siap untuk dimulainya proses
belajar-mengajar.
Tuturan
(11.b) ketika guru sedang memberikan intermezo sedikit supaya tidak menjenuhkan
dalam pelajaran. Penutur kemurian mengajak mitratutur untuk kembali ke materi
yang disampaikan. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif mengajak
dengan sub-TTD mengajak tanya, karena dengan realisasi tuturan tanya penutur
mengajak mitratutur untuk segera kembali kemateri yang selanjutnya akan
dijelaskan penutur.
12.
Realisasi
TTD Merayu
Tindak
tutur direktif merayu adalah suatu TTD yang mengandung maksud untuk menggugah
kesadaran seseorang supaya tergerak melakukan sesuatu (Prayitno, 2011: 47).
Adapun
sub-TTD merayu ditemukan 2 tuturan, yang realisasi tuturannya dijelaskan
sebagai berikut.
(12.a) ` :
Karangmalang
Eksplikatur : Sini siapa yang mau maju ke depan
nanti dari Bu
Sika dapat hadiah...
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Aktivitas ketika dalam proses
kegiatan belajar
mengajardi ruang
kelas. Penutur merayu mitratutur supaya ada yang mau membacakan puisi di depan
kelas.
Implikatur : Pn akan terus
berbicara supaya Mt ada yang ingin
maju.
Sub-TTD : Rayu
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
merayu mitratutur
agar mempunyai
keinginan untuk membaca puisi di depan kelas.
(12.b) : Karangmalang
Eksplikatur : Jan-jane kalian pinter-pinter lho
yen mau belajar
rajin...
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Aktivitas ketika
berlangsungnya KBM di dalam
kelas. Penutur
memberikan motivasi kepada mitratutur untuk belajar dengan giat supaya pandai.
Implikatur : Semua siswa sedang
memperhatikan penutur yang
sedang
berbicara.
Sub-TTD : Rayu
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
merayu mitratutur
agar maju ke
depan kelas untuk membaca puisi dengan memberi motivasi.
Tuturan
(12.a) tersebut terjadi ketika guru ingin sekali salah satu siswa membaca
puisi. Penutur yaitu guru bahasa indonesia merayu dengan memberikan hadiah
kepada mitratutur yang berani membaca puisi tersebut. Tuturan tersebut
merupakan tindak tutur direktif mengajak dengan sub-TTD merayu yang
direalisasikan dalam kalimat tanya dan mempunyai maksud agar mitratutur
tertarik dengan rayuan tersebut.
Tuturan
(12.b) terjadi ketika guru menanti siswa yang maju untuk membaca puisi. Penutur
merayu dengan memberikan motivasi yang membangun semangat belajar. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif mengajak dengan sub-TTD merayu yang
direalisasikan dalam kalimat tanya dan mempunyai maksud agar mitratutur
tergugah dengan motivasi yang diberikan.
13.
Realisasi
TTD Membujuk
Yang
dimaksudkan dengan sub-TTD membujuk adalah suatu tindak tutur yang mengandung
usaha untuk meyakinkan kepada Mt agar
bersedia melakukan seperti apa yang dikehendaki oleh Pn (Prayitno, 2011: 55).
Adapun
sub-TTD membujuk ditemukan 1 tuturan, yang realisasinya dijelaskan sebagai
berikut.
(13.a) : Karangmalang
Eksplikatur : Sini maju, ayo gak apa-apa orang
udah kelas 7.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Suasana ketika salah satu
siswa ada yang pernah
membuat puisi
sebelumnya. Pn meminta Mt untuk membacakan puisinya di depan
kelas.
Implikatur : Pn membujuk Mt untuk
membaca puisi dan Mt
pun maju ke depan
kelas.
Sub-TTD : Bujuk
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
membujuk mitratutur
untuk maju ke
depan kelas membacakan puisi yang sudah pernah dibuatnya.
Tuturan
(13.a) terjadi ketika siswa ada yang punya puisi. Penutur membujuk untuk kepada
mitratutur untuk membacakan puisinya tersebut. Tuturan tersebut merupakan
tindak tutur direktif mengajak dengan sub-TTD membujuk yang diwujudkan dalam
tuturan berita dan mempunyai maksud membujuk mitrattur untuk membacakan
puisinya yang dulu dibuatnya.
14.
Realisasi
TTD Mengusulkan
Sub-TTD
mengusulkan adalah suatu tindak bahasa yang mengandung motif usul, keinginan,
kemauan, harapan yang ada pada diri Pn
(Prayitno, 2011: 80-81).
Adapun
sub-TTD mengusulkan ditemukan 1 tuturan, yang realisasinya dijelaskan sebagai
berikut.
(14.a) : Karangmalang
Eksplikatur : Perjanjian khusus pelajaran ini
ya, kalau ada
jawaban yang tidak sesuai dengan
pertanyaan, dihukum ke depan nyanyi, setuju gak?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas saat Pn sedang membuat perjanjian
pembelajaran
mata pelajaran Bahasa Indonesia kepada mitratutur.
Implikatur : Pn mengusulkan kepada Mt
tentang hukuman. Mt
pun
menyetujuinya.
Sub-TTD : Usul
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
mengusulkan kepada
mitratutur
dengan diadakannya hukuman terhadap siswa yang ramai dan menjawab yang tidak
sesuai dengan pertanyaan.
Tuturan
(14.a) terjadi ketika proses belajar-mengajar akan dimulai. Pn sebelum memulai mengusulkan adanya
perjanjian hukuman bagi siswa yang seenaknya sendiri dan ramai. Tuturan tersebut
merupakan tindak tutur direktif meminta dengan sub-TTD mengusulkan yang
diwujudkan dalam tuturan tanya dan mempunyai maksud mengusulkan mitratutur
diadakannya perjanjian dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia.
15.
Realisasi
TTD Menyindir
Sub-TTD
menyindir adalah suatu TTD yang bertujuan untuk mengingatkan atau menegur
seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang (Prayitno, 2011: 49).
Adapun
sub-TTD menyindir ditemukan 1 tuturan, yang realisasinya dijelaskan sebagai
berikut.
(15.a) : Karangmalang
Eksplikatur : Kelas 7 ternyata pinter-pinter
ya, muritnya rajin?
Pemarkah
lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana kelas kurang aktif.
Semua siswa ditanya
penutur selalu
diam dan tidak bisa menjawab.
Implikatur : Pn merasa gemas melihat Mt
tidak aktif saat diberi
pertanyaan di
dalam proses pembelajaran saat itu.
Sub-TTD : Sindir
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
menyindir mitratutur
karena dari tadi
tidak ada yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh penutur.
Tuturan
(15.a) terjadi ketika guru sedang memberikan pertanyaan kepada mitratutur. Pn kemudian menyindir mitratutur yang
kurang aktif dalam pembelajaran. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur
direktif menegur dengan sub-TTD menyindir tanya yang mengandung arti menyindir
mitratutur yang selalu diam saa diberi pertanyaan.
16.
Realisasi
KD Sub-KD Mengancam
Yang
dimaksud dengan sub-TTD mengancam adalah suatu TTD yang mengandung maksud utama
agar Mt tidak melakukan sesuatu
sebagaimana dinyatakan oleh Pn (Prayitno, 2011: 78).
Adapun
sub-TTD mengancam ditemukan 1 tuturan, yang realisasinya dijelaskan sebagai
berikut.
(16.a) : Karangmalang
Eksplikatur : Nanti catatannya Ibu lihat
satu-satu lho ya?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana kelas saat siswa
sedang mencatat materi
yang sudah
diterangkan. Pn yaitu guru Bahasa
Indonesia mengancam akan dilihatnya catatan semua siswa satu per satu.
Implikatur : Pn meminta Mt untuk mencatat materi yang sudah
disampaikan.
Sub-TTD : Ancaman
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
mengancam Mt agar
semua siswa
merasa takut dan akan mencatat materi yang sudah disampaikan Pn.
Tuturan
(16.a) suasana kelas saat siswa sedang mencatat materi yang sudah diterangkan. Pn yaitu guru Bahasa Indonesia mengancam
akan dilihatnya catatan semua siswa satu per satu. Tuturan tersebut merupakan
tindak tutur direktif menegur dengan sub-TTD mengancam tanya yang mempunyai
arti mengancam agar Mt memcatat semua
apa yang sudah diterangkan Pn.
17.
Realisasi
TTD Menginstruksikan
TTD
menginstruksikan adalah suatu tuturan yang menghendaki dilakukannya suatu
tindakan oleh Mt sebagaimana sesuatu
yang diinstruksikan oleh Pn
(Prayitno, 2011: 79).
Adapun
sub-TTD mengistruksikan ditemukan 1 tuturan, yang realisasinya dijelaskan
sebagai berikut.
(17.a) : Plupuh
Eksplikatur : Yang dibunderi itu salah,
dibetulkan dulu!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Aktivitas kerika KBM
berlangsung di dalam
kelas. Ditujukan
agar dibetulkan yang salah dalam memo yang sudah dibuat Mt.
Implikatur : Pn mengingatkan agar dalam kalimat yang
dibundari supaya
dibetulkan kembali.
Sub-TTD : Instruksi
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
mengarahkan supaya
Mt membetulkan
pekerjaannya yang salah.
Tuturan
(17.a) terjadi ketika guru membagikan buku tugas kepada siswa. Pn meminta Mt untuk memperbaiki tugas yang masih salah. Tuturan tersebut
merupakan tindak tutur direktif memerintah dengan sub-TTD menginstruksikan yang
mengandung arti Pn mengarahkan supaya
Mt membetulkan pekerjaannya.
18.
Realisasi
TTD Menasihati
Sub-TTD
menasihati adalah suatu petunjuk yang berisi pelajaran terpetik dan baik dari Pn yang dapat dijadikan sebagai alasan
bagi Mt untuk melakukan sesuatu
(Prayitno, 2011: 70).
Adapun
sub-TTD menasihati ditemukan 1 tuturan, yang realisasinya dijelaskan sebagai
berikut.
(18.a) : Karangmalang
Eksplikatur : Bilang apa tadi? masak sama
gurunya ngomong
kayak
gitu, gak boleh ya Ril ya? namanya apa tadi nek bilang gitu sama bu guru?
Berarti gak sopan?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Suasana ketika kegiatan
belajar-mengajar dalam
kelas. Mt berceloteh dengan kata-kata tidak
sopan saat KBM berlangsung.
Implikatur : Pn mengingatkan Mt
tentang sopan santun saat
berbicara
terhadap orang yang lebih tua.
Sub-TTD : Nasihat
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
untuk menegur Mt
secara halus
untuk tidak berkata yang tidak kurang sopan terhadaporang yang lebih tua dari Mt.
Tuturan
(18.a) terjadi ketika siswa putra dalam pembelajaran berlangsung berbicara
kurang sopan terhadap Pn. Pn menegur dan menasihati Mt mengenai sopan santun berbicara. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif memberi nasihat dengan sub-TTD
menasihati yang mengandung arti menegur sekaligus menasihati agar berbicara
yang lebih sopan terhadap orang yang lebih tua.
19.
Realisasi
TTD Mengimbau
Sub-TTD
mengimbau adalah suatu TTD yang mengandung maksud meminta, menyerukan, atau
mengajak Mt melakukan sesuatu dengan
sungguh-sungguh sebagaimana dikehendaki oleh Pn (Prayitno, 2011: 77).
Adapun
sub-TTD mengimbau ditemukan 1 tuturan, yang realisasinya dijelaskan sebagai
berikut.
(19.a) : Karangmalang
Eksplikatur : Sekarang Bu Sika akan mengajak
kalian keluar
tapi kalian harus rapi gak mencar
kemana-mana dan harus nurut.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Aktivitas kegiatan belajar-mengajarakan
dilakukan
di luar kelas
untuk membuat puisi bertemakan keindahan alam. Pn mengimbau kepada Mt
supaya kalau di luar sekolah harus rapi.
Implikatur : Pn mengajak dengan sungguh-sungguh supaya Mt
untuktidak
berbuat aneh-aneh ketika di luar sekolahan.
Sub-TTD : Imbau
Maksud : Tuturan tersebut bermaksud
mengajak dengan
sungguh-sungguh
dalam membuat puisi dengan tema keindahan alam di luar sekolahan.
Tuturan
(19.a) terjadi ketika pembelajaran dilanjutkan di luar sekolahan untuk membuat
puisi. Pn mengajak Mt supaya tidak melakukan yang aneh-aneh
saat di luar sekolahan. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif
memberi nasihat dengan sub-TTD mengimbau yang mengandung arti mengajak dengan
sungguh-sungguh dalam membuat puisi dengan tema keindahan alam di luar
sekolahan.
C.
Srategi
Tindak Tutur Direktif pada Wacana Pembukaan Proses Belajar-Mengajar di Kalangan
Anak SMP di Sragen
Wijana
(dalam Prayitno, 2011: 121) menyatakan strategi bertutur berdasarkan teknik
penyampaiannya dikelompokkan menjadi dua, yaitu tindak tutur langsung dan
tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur langsung adalah tindak yang
menyatakan secara langsung maksud penutur. Sementara itu, tindak tutur tidak
langsung dinyatakan dengan mengubah fungsi jenis kalimat, misalnya untuk
menyatakan perintah dapat digunakan dengan kalimat berita atau bahkan dengan
kalimat tanya.
Berdasarkan
perolehan data pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak SMP di sragen yaitu kelas VII.a SMP PGRI 13
Plupuh dan kelas VII.f.SMP 2 Negeri Karangmalang Sragen tahun ajaran
2011/2012, dapat diketahui dan
diperoleh pengertian bahwa strategi yang digunakan oleh guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia di dua SMP tersebut menggunakan strategi tindak tutur langsung
dan tidak langsung.
1.
Strategi
Tindak Tutur Direktif Langsung
Tindak
tutur langsung adalah tindak bicara yang dilakukan oleh penutur secara langsung
kepada lawan tutur tentang apa yang diinginkan penutur. Strategi bertutur
langsung dilakukan dengan menggunakan tipe-tipe kalimat sesuai dengan fungsi
tipe kalimat itu. Berdasarkan maksudnya kalimat dibedakan menjadi kalimat
tanya, berita, dan perintah. Berdasarkan strategi tindak tutur direktif
langsung pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak
SMP di sragen (SMP PGRI 13 Plupuh dan
SMP 2 Negeri Karangmalang Sragen) ditemukan 37 tuturan direktif langsung yang
terbagi menjadi 3 bentuk tipe kalimat yaitu 16 tuturan tanya, tuturan perintah
sebanyak 12 tuturan, sedangkan untuk tuturan berita sebanyak 9 tuturan.
Tuturan-tuturan berikut ini termasuk tindak tutur direktif yang menggunakan
strategi tindak tutur langsung antara lain: menyuruh, meminta, memerintah,
mengarahkan, menasihati, dan melarang. Berikut ini adalah tindak tutur direktif
yang menggunakan strategi tindak tutur langsung.
(1.a) :
Karangmalang
Eksplikatur : Nanti digaris bawah ya?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Ketika pelajaran
Bahasa Indonesia
mengenai ciri-ciri
dalam membuat puisi. Penutur memerintah kepada mitratutur, dalam contoh puisi
yang menunjukkan rima diharapkan untuk menggaris bawahi.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur langsung, karena maksudnya jelas yaitu meminta untuk digaris
bawahi.
(1.b) :
Plupuh
Eksplikatur : Apakah yang dimaksud dengan memo
tadi?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas ketika
sedang kegiatan belajar
mengajardi dalam
kelas. Penutur ingin mengukur ingatan siswa tentang materi yang tadi
disampaikan.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur langsung, karena maksudnya jelas yaitu meminta untuk
menjelaskan pengertian memo.
Tuturan
(1.a) terjadi ketika pelajaran Bahasa Indonesia mengenai ciri-ciri dalam
membuat puisi. Penutur memerintah kepada mitratutur, dalam contoh puisi yang
menunjukkan rima diharapkan untuk menggaris bawahi. Tuturan tersebut merupakan
tindak tutur direktif dengan sub-TTD memerintah yang mempunyai maksud
memerintah mitratutur untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh penutur
yaitu menggaris bawahi adanya rima dalam puisi.
Tuturan
(1.b) terjadi saat jam pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung di dalam kelas.
Penutur ingin memancing mitratutur dalam pemahaman mengenai memo. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif memberi nasihat dengan sub-TTD mengingatkan
yang diwujudkan dalam tuturan tanya dan mempunyai maksud mengingatkan
mitratutur mengenai materi yang tadi sudah disampaikan oleh penutur.
(1.c) : Karangmalang
Eksplikatur : Kalian berdiri, di bawah meja ada
kotoran
diambil semua!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Ketika pembelajaran belum dimualai dan
siswamasih ramai sendiri. Pn menyampaikan kepada Mt untuk segera diambil sampah yang ada
di kolong meja.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur langsung, karena maksudnya jelas yaitu memerintah supaya
membersihkan kelas.
(1.d) : Karangmalang
Eksplikatur : Baca dulu itu, baca dulu!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Suasana ketika Mt belum memulai
membaca puisi di depan kelas. Pn menyuruh Mt untuk segera membacakan puisi tersebut.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur langsung, karena maksudnya jelas yaitu meminta untuk segera
membaca.
(1.e) : Karangmalang
Eksplikatur : Stop!
TKD ‘Berhenti!’
Pemarkah lingual : Intonasi seru perintah
Konteks ` :
Suasana ketika guru sedang menerangkan
pelajaran.
Penurut menyuruh berhenti sejenak dalam membaca.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur langsung, karena maksudnya jelas yaitu meminta untuk berhenti
membaca.
Tuturan
(1.c) terjadi ketika penutur baru masuk kelas dan ruangan masih kotor. Penutur
menyuruh mitratutur untuk berdiri dan mengambil sampah-sampah yang terlihat
berserakan di ruang kelas. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif
memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang diwujudkan dalam tuturan seru dan
mempunyai maksud menyuruh mitratutur untuk membersihkan ruang kelas.
Tuturan
(1.d) terjadi ketika kegiatan belajar-mengajar Bahasa Indonesia di dalam kelas.
Penutur menyuruh dua siswa putra untuk membaca puisi yang di tempel di papan
tulis. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif memerintah dengan sub-TTD
menyuruh yang diwujudkan dalam tuturan seru dan mempunyai maksud menyuruh
mitratutur untuk membaca puisi.
Tuturan
(1.e) terjadi ketika guru ingin menerangkan materi terlebih dahulu. Penutur
memerintah kepada mitratutur untuk berhenti dahulu dalam membaca. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif memerintah yang direalisasikan dalam
kalimat seru dan mempunyai maksud memerintah mitratutur untuk berhenti membaca
karena penutur akan menerangkan materi tersebut yang baru dibaca.
(1.f) : Plupuh
Ekplikatur : Yang sudah selesai, melanjutkan
membuat memoresmi.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Aktivitas ketika kegiatan belajar-mengajar
berlangsung di dalam kelas VII.
a. Penutur meminta mitratutur untuk melanjutkan membuat memo resmi.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur langsung, karena maksudnya jelas yaitu menyuruh melanjutkan
mengerjakan memo resmi.
(1.g) : Karangmalang
Eksplikatur : Bukunya ditutup, Ya udah tak
kasih
waktu limamenit buat belajar
menghafal ciri-ciri puisi.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Suasana ketika guru menyuruh semua
siswa untuk menghafal materi yang
sudah disampaikan.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur langsung, karena maksudnya jelas yaitu menyuruh untuk segera
menghafal materi yang tadi disampaikan.
Tuturan
(1.f) terjadi ketika dalam kegiatan belajar-mengajar kebanyakan siswa sudah
mengerti bagaimana membuat memo tidak resmi. Penutur kemudian menyuruh
mitratutur untuk membuat memo resmi. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur
direktif memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang diwujudkan dalam tuturan
berita dan mempunyai maksud menyuruh mitratutur agar membuat memo resmi setelah
menguasai memo tidak resmi.
Tuturan
(1.g) terjadi saat jam pelajaran Bahasa Indonesia, penutur menginginkan
mitratutur untuk hafal dan paham ciri-ciri puisi. Penutur menyuruh mitratutur
untuk menghafal materi tersebut dengan memberikan waktu lima menit. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur direktif memerintah dengan sub-TTD menyuruh
yang diwujudkan dalam tuturan berita yang mempunyai maksud menyuruh mitratutur
untuk menghafal dan memahami ciri-ciri puisi.
2.
Strategi
Tindak Tutur Direktif Tidak Langsung
Prayitno
(2011: 121) tindak tutur tidak langsung dinyatakan dengan mengubah fungsi jenis
kalimat, misalnya untuk menyatakan perintah dapat digunakan dengan kalimat
berita atau bahkan dengan kalimat tanya. Tindakan ini dilakukan dengan
memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak
merasa dirinya diperintah.
Berdasarkan
strategi tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di
kalangan anak SMP di sragen (SMP PGRI 13
Plupuh dan SMP 2 Negeri Karangmalang Sragen) ditemukan 35 tuturan direktif
tidak langsung yang terbagi menjadi 3 modus yaitu 12 tuturan tanya, tuturan
perintah sebanyak 15 tuturan, sedangkan untuk tuturan berita sebanyak 8
tuturan.
a.
Tuturan
Tanya atau Introgatif
Introgatif
tanya difungsikan secara konvensional untuk menanyakan sesuatu. Berikut adalah
cuplikan realisasi bentuk strategi tindak tutur direktif tak langsung dengan
tuturan tanya dalam wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak
SMP di sragen.
(a.1) : Karangmalang
Eksplikatur : Siapa yang mau membaca, ini yang
di
depan?
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas ketika sedang kegiatan belajar
mengajardi dalam kelas VII.f.
Penutur menyuruh maju kedepan dengan membawa puisi milik temannya untuk dibaca
di depan kelas.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur tidak langsung, karena maksudnya jelas yaitu menyuruh untuk
maju membaca. Hal tersebut diwujudkan dengan intonasi tanya.
(a.2) :
Karangmalang
Eksplikatur : Gak entok nyontek lho?
TTD ‘Tidak
boleh mencontek?’
Pemarkah lingual : Intonasi tanya
Konteks : Aktivitas ketika guru
sedang memberikan
pertanyaan
kepada salah satu murid. Penutur melarang mitratutur untuk mencontek.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur tidak langsung, karena maksudnya jelas yaitu melarang untuk
mencontek. Hal tersebut diwujudkan dengan intonasi kalimat tanya.
Tuturan
(a.1) ketika guru sedang menerangkan materi.Penutur yaitu guru Bahasa Indonesia
menyuruh mitratutur untuk membaca contoh puisi yang tadi sudah diterangkan oleh
penutur. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif memerintah dengan
sub-TTD menyuruh yang diwujudkan dalam tuturan tanya dan mempunyai maksud
menyuruh mitratutur untuk membaca.
Tuturan
(a.2) tersebut ketika guru akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut materi yang tadi sudah disampaikan. Penutur melarang mitratutur
untuk mencontek saat pertanyaan itu dilontarkan. Tuturan tersebut merupakan
tindak tutur direktif melarang dengan sub-TTD melarang yang diwujudkan dalam
tuturan tanya dan mempunyai maksud melarang mitratutur untuk tidak mencontek
saat pertanyaan itu dilontarkan.
b.
Tuturan
Perintah atau Imperatif
Tuturan
perintah difungsikan secara konvensional untuk memerintah. Berikut adalah
cuplikan realisasi bentuk strategi tindak tutur direktif tak langsung dengan
tuturan imperatif dalam wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan
anak SMP di sragen.
(b.1) : Karangmalang
Eksplikatur : Yang belakang bajunya dimasukkan!
Pemarkah lingual : Intonasi setu
Konteks : Aktivitas setelah selesai permainan otak
disela-selakegiatan
belajar-mengajar di dalam kelas VII. f. Pn
dan Mt menikmati permainan tersebut.
Salah satu siswa putra bajunya tidak rapi.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur tidak langsung, karena maksudnya jelas yaitu menyuruh untuk
segera merapikan bajunya yang dipakai.
(b.2) : Plupuh
Eksplikatur : Yang sudah selesai boleh
dikumpilkan!
Pemarkah lingual : Intonasi seru
Konteks : Suasana ketika
berlangsungnya KBM di
dalamkelas.
Penutur menyuruh dengan nada keras supaya dikumpulkan tugas mitratutur.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur tidak langsung, karena maksudnya jelas yaitu menyuruh untuk
segera dikumpulkan.
Tuturan
(b.1) tersebut terjadi saat jam pelajaran berlangsung di dalam kelas. Penutur melihat
salah satu siswa yang bajunya kurang rapi.Penutur menyuruh mitratutur agar
merapikan pakaiannya. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif
memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang diwujudkan dalam tuturan seru yang
mempunyai maksud menyuruh mitratutur untuk segera merapikan bajunya agar
kelihatan bagus.
Tuturan
(b.2) terjadi saat jam pelajaran semua siswa sudah menyelesaikan tugas. Penutur
menyerukan kepada mitratutur untuk mengumpulkan buku tugassnya di depan kelas.
Tuturan tersebut merupakan tindak tuturan direktif memberi saran dengan sub-TTD
menyerukan yang diwujudkan dalam tuturan seru dan mempunyai maksud menyerukan
kepada mitratutur untuk segera mengumpulkan buku tugasnya ke depan untuk
dikoreksi penutur.
c.
Tuturan
Berita atau Deklaratif
Tuturan
berita difungsikan secara konvensional untuk menyatakan sesuatu. Berikut adalah
cuplikan realisasi bentuk strategi tindak tutur direktif tak langsung dengan
tuturan berita dalam wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak
SMP di sragen.
(c.1) : Plupuh
Eksplikatur : Yang belum paham boleh
ditanyakan.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Aktivitas kegiatan
belajar-mengajar di
dalamkelas.
Penutur menyarankan mitratutur untuk bertanya yang kurang jelas sebelum materi
dilanjutkan.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur tidak langsung, karena maksudnya jelas yaitu menyarankan
untuk bertanya tentang materi yang kurang jelas.
(c.2) :
Karangmalang
Eksplikatur : Sekarang, ayo dibaca puisinya
pake jeda.
Pemarkah lingual : Intonasi berita
Konteks : Ketika pelajaan memahami ciri-ciri puisi.
Penutur menyuruh mitratutur
membaca contoh puisi.
Maksud : Tuturan tersebut
termasuk jenis tuturan
direktif dengan
strategi bertutur tidak langsung, karena maksudnya jelas yaitu menyuruh untuk
membaca puisi dengan memperhatikan jeda.
Tuturan
(c.1) terjadi ketika materi tentang memo tidak tersmi sudah banyak yang
mengerti. Penutur menyarankan kepada mitratutur untuk bertanya mengenai materi
yang kurang jelas. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif memberi
saran dengan sub-TTD menyarankan yang diwujudkan dalam tuturan berita dan
mempunyai maksud menyarankan kepada mitratutur untuk bertanya mengenai materi
yang kurang jelas sebelum dilanjutkanya materi lain.
Tuturan
(c.2) ketika akan dilanjutkan pelajaran kembali di dalam kelas. Pn menyuruh Mt untuk membaca puisi dengan memperhatikan. Tuturan tersebut
merupakan tindak tuturan direktif memerintah dengan sub-TTD menyuruh yang
diwujudkan dalam tuturan berita dan mempunyai maksud menyuruh mitratutur agar
membaca puisi yang ada di papan tulis.
D.
Temuan
dan Pembahasan
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur direktif dan
mengetahui strategi tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses
belajar-mengajar di kalangan anak SMP di
sragen (SMP PGRI 13 Plupuh dan SMP 2 Negeri Karangmalang Sragen). Berikut ini
dijelaskan kaitan antara penelitian ini dengan penalitian yang relevan.
Penelitian Yusrita Yanti
(2001) berjudul memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tindak tutur. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusrita
Yanti yaitu penelitian Yusrita Yanti mengkaji tindak tutur ekspresif pada
bentuk tindak tutur maaf di dalam bahasa
Indonesia di kalangan penutur Minangkabau, sedangkan penelitian ini mengkaji
tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di
kalangan anak SMP di Sragen.
Penelitian Abdurrahman (2006) meneliti Pragmatik dalam jurnalnya yang
berjudul Pragmatik; Konsep Dasar Memahami Konteks Tuturan. Persamaan dari penelitian ini
yaitu sama-sama mengkaji tindak tutur. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada objek
kajiannya yaitu penelitian ini meneliti tindak tutur
direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak
SMP di Sragen, sedangkan penelitian
Abdurrahman meneliti tentang pragmatik; konsep dasar memahami konteks tuturan.
Penelitian
Dwi Santosa (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Tindak Tutur Direktif dan Komisif pada Bahasa Percakapan Anak
TK Aisyiyah Bustanul Athfal Jantran Tahun Ajaran 2008/2009. Persamaan dari
penelitian ini sama-sama menganalisis tindak tutur direktif. Perbedaan dalam
penelitian ini terletak pada objek
kajiannya yaitu penelitian ini meneliti tindak tutur direktif pada wacana
pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak SMP di Sragen, sedangkan penelitian Dwi Santoso
meneliti tentang tindak tutur direktif dan komisif pada bahasa percakapan anak
TK Aisyiyah Bustanul Athfal Jantran tahun ajaran 2008/2009.
Kaitan
antara penelitian ini dengan penelitian Prasetyo (2010) berjudul “Nglulu Dalam Bahasa Jawa” adalah
sama-sama mengkaji tindak tutur. Hasil kajian menunjukkan bahwa nglulu sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari dalam masyarakat jawa. Dalam masyarakat jawa sering dijumpai orang
yang memerintah sesuatu, tetapi tidak menggunakan kalimat perintah. Perintah
tersebut menggunakan kalimat berita atau kalimat tanya. Terkadang maknanya
bertolak belakang dengan maknanya. Dalam pragmatik, tuturan tersebut disebut dengan
tindak tutur tidak langsung tidak titeral. Perbedaan dengan penelian ini yakni,
strategi tindak tutur guru dalam proses belajar-mengajar berupa strategi tindak
tutur langsung dan strategi tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur direktif
menggunakan strategi tindak tutur langsung dan tak langsung. Strategi tindak
tutur direktif tak langsung dinyatakan dalam kalimat tanya dan berita.
Penelitian
Sri Martini (2011) yang berjudul Analisis
Tindak Tutur Ilokusi Guru Bahasa Indonesia dalam Interaksi Belajar Mengajar
Kelas VII SMP Muhammadiyah 7 Banyudono Boyolali. Persamaan dalam penelitian
ini adalah sama-sama meneliti tentang tindak tutur ilokusi. Perbedaan dalam
penelitian ini terletak pada menemukan
tindak tutur direktif pada wacana pembukaan belajar-mengajar di kalangan anak
SMP di Sragen.
Penelitian
Arifin (2011) yang berjudul Analisis
Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif Pada Pemuda Desa Banaran, Kalijambe,
Kabupaten Sragen. Hasil penelitian ini yaitu pertama ada enam tindak tutur
direktif yaitu meminta, memohon, menyarankan, memerintah, dan menantang. Kedua
ada tiga tindak tutur ekspresif yaitu ekspresif berterima kasih, ekspresif
mengkritik, dan ekspresif mengeluh. Ketiga ada dua jenis strategi yang
digunakan oleh penutur yaitu strategi bertutur langsung dan strategi bertutur
tidak langsung. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada tindak tutur
direktif. Perbedaannya dengan penelitian ini pada kajiannya, dalam peneliti ini
mengkaji tuturan pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak
SMP.
Penelitian
Oktavia (2011) yang berjudul Kesantunan
Tindak Tutur Direktif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya Negri Ini Karya Musfar Yasin (Sebuah Tinjauan
Pragmatik). Hasil penelitianya 1) tindak tutur direktif dalam penelitian
ini ditemukan enam belas realisasi antara lain: menyuruh, menasehati,
mempersilahkan, menyarankan, menganjurkan, melerai, memohon, menginterogasi,
menantang, mengajak, menyela atau interupsi, mengharap, mengingatkan, membujuk,
memarahi, dan meminta ijin. 2) Kesantunan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan skala biaya keuntungan, skala pilihan, skala
ketidaklangsungan, skala keotoritasan, dan skala jarak. Persamaannya pada
tindak tutur direktif. Perbedaan terdapat pada tindak tutur direktif pada
wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak SMP, sedangkan
Oktavia meneliti tentang kesantunan tindak tutur direktif dalam dialog film
Alangkah Lucunya Negri Ini karya Musfar
Yasin.
Penelitian
Bety Yuliastuti (2011) dalam skripsi berjudul Tindak Tutur Ditektif Meminta Anak SD dalam Percakapan Nonformal.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) bentuk-bentuk realisasi tindak tutur
direktif (directives) meminta pada
percakapan nonformal anak SD N Bendosari 1 Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali
yakni direalisasikan dalam 7 modus: a) modus meminta, b) modus meminjam, c)
modus memerintah, d) modus menyuruh, e) modus memohon, f) modus ajakan, g)
modus memaksa. (2) Strategi tindak tutur meminta pada percakapan nonformal anak
SD N 1 Bendosari Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali menggunakan strategi tindak
tutur langsung dan tak langsung. (3) Teknik tindak tutur direktif meminta pada
percakapan nonformal anak SD N 1 Bendosari Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali
hanya ada satu teknik yang digunakan dalam penelitian ini yakni teknik tindak
tutur literal. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada tindak tutur
direktif, sedangkan perbedaannya dalam penelitian ini mengenai tuturan pada
wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak SMP.
Penelitian
ini memfokuskan analisisnya pada penggunaan tindak tutur direktif pada wacana
pembukaan proses belajar-mengajar di kalngan anak SMP di Sragen. Hasil temuan
di atas menunjukkan bahwa tindak tutur direktif yang dominan digunakan adalah
tipe memerintah (menyuruh, memerintah, menginstruksikan, dan menyilakan),
sedangkan yang paling rendah kemunculannya adalah tipe melarang.
1. Diagram
hasil pembahasan bentuk tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses
belajar-mengajar di SMP PGRI 13 Plupuh Sragen.
2. Diagram
hasil pembahasan bentuk tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses
belajar-mengajar di SMP 2 Negeri Karangmalang Sragen.
3. Diagram
hasil pembahasan bentuk tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar
di kalangan anak SMP di Sragen.
4. Diagram
strategi tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di
kalangan anak SMP di Sragen.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Pada
umumnya tindak kesantunan direktif bermacam-macam.Tindak tutur direktif dapat
diinterpretasikan menjadi berbagai kategori dan subkategori kesantunan
direktif.Kategori tersebut meliputi meminta, mengajak, memerintah, menegur,
memberi nasihat, dan melarang.
Bentuk
tindak tutur direktif pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan
anak SMP di sragen (SMP PGRI 13 Plupuh
dan SMP 2 Negeri Karangmalang Sragen) ditentukan berdasarkan eksplikatur,
penanda, konteks, implikatur, sub-TTD dan maksud.
Pada
wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak SMP di sragen (SMP PGRI 13 Plupuh dan SMP 2
Negeri Karangmalang Sragen) ditemukan 72 tuturan dalam tindak tutur direktif yang
tampak bahwa KD memerintah sebanyak 35 tuturan, KD memberi nasihat sebanyak 12
tuturan, KD meminta sebanyak 9 tuturan, KD mengajak sebanyak 6 tuturan, KD
menegur sebanyak 6 tuturan, dan KD melarang sebanyak 4 tuturan.
|
Adapun
strategi tuturan dari 72 tindak tutur direktif, untuk strategi tindak tutur
direktif yang banyak muncul adalah strategi tindak tutur direktif langsung
dengan modus tuturan tanya sebanyak 16 tuturan, modus tuturan perintah sebanyak
12 tuturan, dan modus tuturan berita sebanyak 9 tuturan. Strategi tindak tutur
direktif tidak langsung dengan modus tuturan tanya sebanyak 12 tuturan, modus
tuturan perintah sebanyak 15 tuturan, dan modus tuturan berita sebanyak 8
tuturan.
B.
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian pada wacana pembukaan proses belajar-mengajar di kalangan anak
SMP di sragen (SMP PGRI 13 Plupuh dan SMP
2 Negeri Karangmalang Sragen), saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca
antara lain dalam pengguna bahasa, agar dapat menggunakan tuturan-tuturan yang
sesuai dengan situasi tutur agar maksud yang ingin disampaikan oleh penutur
dapat diterima dengan baik oleh mitratutur. Dari para peneliti bahasa, agar ada
penelitian lanjutan dari peneliti ini dengan aspek yang lain guna menambah
khasanah ilmu bahasa.Sedangkan dari para pendidik, dapat menggunakan
tuturan-tuturan direktif dalam pembelajar agar pembelajaran lebih menarik dan
lebih menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman.
2006. “ Pragmatik; Konsep Dasar Memahami Konteks Tuturan”. Journal Ilmu Bahasa dan Sastra. Vol. 1. No. 2: 116-133.
Arifin.
2011. “Analisis Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif Pada Pemuda Desa Banaran,
Kalijambe, Kabupaten Sragen”. Skripsi.
Surakarta: FKIP UMS.
Chaer,
Abdul Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Mahsun.2005. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi
Metode dan Tekniknya.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Margono. 2000. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Martini,
Sri. 2011. “Analisis Tindak Tutur Ilokusi Guru Bahasa Indonesia dalam Interaksi
Belajar Mengajar Kelas VII SMP Muhammadiyah 7 Banyudono Boyolali”. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS.
Parera, Jos Daniel. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Prasetyo,
Aji. 2010. “Nglulu Dalam Bahasa Jawa”. Lingua.JurnalBahasa
dan Sastra.Volume 6, Nomor 2, Desember 2010.
Prayitno,
Harun Joko. 2011. Kesantunan
Sosiopragmatik Studi Pemakaian Tindak Direktif di Kalangan Andik SD Berbudaya
Jawa. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Rahardi,
Kunjana. 2006. Pragmatik: Kesantunan
Imperatif Bahasa Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Santoso,
Dwi. 2009. “Analisis Tindak Tutur Direktif dan Komisif Pada Bahasa Percakapan
TK Aisyiyah Busthambul Athfal Jatran”. Skripsi.Surakarta:
UMS.
Subekti,
Oktavia. 2011. “Kesantunan Tindak Tutur Direktif dalam Dialog Film Alangkah
Lucunya Negri Ini Karya Musfar Yasin
(Sebuah Tinjauan Pragmatik)”. Skripsi.
Surakarta: FKIP UMS.
Sudaryanto.
1993. Metode dan Aneka Teknk Analisis
Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.
Syamsuddin,
dkk. 2009. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: Rosdakarya.
Wijana,
dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis
Wacana Pragmatik (Kajian Teori dan Analisisnya). Surakarta: Yuma Pustaka.
Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi
Offset.
Yuliastuti,
Bety. 2011. “Tindak Tutur Direktif Meminta Anak SD dalam Percakapan Nonformal”.
Skripsi. Surakata: UMS
Yusrita,
Yanti. 2001. “Tindak Tutur Maaf di dalam Bahasa Indonesia di Kalangan Penutur
Minangkabau”. Journal Ilmiah Masyarakat
Linguistik Indonesia.No. 1: 93-103.
assalamu'alaykum kaka. saya sanah lg butuh materi ttg tindak tutur direktif. bisa hubungi saya di akun fb ga kak?. Putrie Ve akun fbku. maturnuwun
BalasHapus